Suatu hari, pernah ada seorang tamu yang datang ke rumah Abu Dzarr Al-Ghifari. Lalu Abu Dzarr berkata kepada tamu tersebut, “Aku sedang masygul. Ada beberapa unta milikku, tolong ambilkan unta yang paling bagus!”
Tamu itu pun segera pergi untuk mengambil unta yang diminta oleh Abu Dzarr. Akan tetapi, tamu itu bukannya mengambil unta yang bagus sebagaimana disarankan Abu Dzarr Al-Ghifari, melainkan memilih unta yang kurus kering. Karena itu, ketika unta kurus yang diambil tamu tersebut disodorkan kepada Abu Dzarr, seketika Abu Dzarr jadi murka, “Anda telah mengkhianatiku.”
Si tamu itu berkelit dan melakukan pembelaan, “Yang paling bagus adalah unta jantan dan aku pikir, Anda suatu hari nanti akan memerlukannya.”
Abu Dzarr heran, menyerngitkan kening, “Hari ketika aku paling memerlukan adalah hari ketika aku dibaringkan di dalam kubur karena Allah berfirman ‘Engkau tidak akan mencapai kebaikan kecuali engkau memberikan apa yang paling engkau sukai’ (QS. Ali Imron [3]: 92),” jawab Abu Dzarr.
Kisah di atas, memberi satu teladan betapa murah hatinya Abu Dzarr. Bahkan, Abu Dzarr lebih memilih orang lain daripada dirinya sendiri dan ia menganggap tidak memerlukan sesuatu yang bagus kecuali nanti di alam kubur. Karena itu, rasul menganjurkan seseorang --jika mau memberikan sesuatu—maka sesuatu itu adalah yang baik dan bahkan paling dicintai atau disukai. Ayat yang disebutkan Abu Dzarr itu, memang turun karena ada seorang sahabat yang memiliki sifat kedermawanan tinggi. Diceritakan, pada suatu hari ada seorang sahabat yang memberikan sebuah kebun buah yang dia sukai kepada sanak familinya. Kemudian rasul berkata kepadanya, “Bagus! Bagus! Itu harta yang telah memberimu banyak keuntungan.
Mungkin akan muncul satu pertanyaan, kenapa mengulurkan sebuah kebun justru akan memberi banyak keuntungan? Karena tidak dapat diingkari bahwa sedekah itu adalah sebuah investasi. Hal ini ditegaskan sabda rasul bahwa Allah membesarkan sedekah seperti engkau membesarkan anak unta. Kalau engkau menyedekahkan separuh kurma, maka Allah akan melipatgandakan, dan pada hari kebangkitan kelak, apa yang engkau sedekahkan itu akan dikembalikan kepada hamba dalam bentuk seperti atau lebih besar daripada gunung Uhud.
Dalam sebuah ayat suci, Allah berfirman, “Perumpamaan mereka yang membelanjakan kekayaan mereka di jalan Allah itu adalah seperti sebutir biji jagung yang bertunas tujuh tangkai jagung, pada setiap tangkai ada seratus biji. Maka, Allah melipatgandakan bagi apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261).
Tapi, entah kenapa sebagian manusia justru merasa berat dan susah jika menyisihkan sebagian harta dan perhiasan-perhiasaan duniawi yang mereka miliki. Harta yang dikumpulkan dengan susah payah itu, dianggap sebagai miliknya dan tidak ada untungnya jika harus dibagi atau diberikan kepada orang lain. Dengan alasan, rugi dan akan kehilangan jika harus membagi sebagian harta yang telah dia kumpulkkan itu. Padahal, dalam setiap harta yang dikumpulkan seseorang, ada hak bagi mereka yang miskin. Karena itu, membagikan harta pada mereka yang memerlukan dan butuh itu adalah satu sunnah nabi yang patut diamalkan.
Tetapi, sifat kikir, merasa rugi dan juga takut miskin kerap menjadi penghalang bagi seseorang untuk membagikan sebagian harta yang dimiliki, apalagi sesuatu yang amat dicintai. Padahal, di balik uluran tangan atau menyedekahkan harta itu ada rahasia yang Allah janjikan. Apa rahasia dari janji Allah itu ketika seseorang ringan tangan mau bersedekah?
Rahasia di balik Sedekah
Imam Khumaeni dalam buku 40 Hadits: Telaah atas Hadits-hadits Mistik dan Akhlak (Mizan: 2004) membeberkan rahasia di balik sedekah yang digali dari beberapa hadits. Adapun rahasia itu antara lain; bisa menyelamatkan seseorang dari kematian buruk, membawa rezeki, memudahkan pembayar utang, memperpanjang usia, mengelakkan tujuh puluh bentuk kematian yang buruk dan Allah juga membalasnya sampai sepuluh hingga seratus ribu kali lipat.
Selain itu, sedekah juga bisa menambah kekayaan. Bahkan orang yang bersedekah di waktu pagi, maka dia akan diselamatkan dari bencana alam sepanjang hari itu. Dan jika orang bersedekah pada permulaan malam, dia akan diselamatkan dari bencana di sepanjang malam. Dengan sedekah, sakit pun bisa sembuh. Karena itu, kalau orang memenuhi kebutuhan rumah tangga seorang Muslim, menyelamatkan mereka dari kelaparan, memberi mereka pakaian dan melindungi kehormatan mereka, amalnya lebih baik dibandingkan dengan berhaji sebanyak tujuh puluh kali. Padahal, berhaji itu lebih baik dibandingkan dengan memerdekakan tujuh puluh budak dan orang yang membebaskan budak, maka Allah akan membebaskan setiap tubuhnya dari api neraka untuk satu anggota tubuh seorang budak yang dibebaskan itu.
Karena itulah, kita tak lagi asing mendengar kisah para sahabat nabi yang amat ringan tangan. Seorang sahabat nabi yang terkenal ringan tangan dalam bersedekah adalah Ali bin Abi Thalib. Suatu hari, pernah Ali membeli pakaian yang disukai. Tetapi, pakaian yang ia sukai itu tidak ia pakai melainkan ia sedekahkan. Saat ditanya, Ali pun menjawab, “Aku mendengar rasulullah berabda, ‘Barangsiapa lebih mementingkan orang lain dibandingkan dirinya sendiri, dia akan lebih dipentingkan Allah untuk masuk surga pada hari kiamat. Barangsiapa mencintai sesuatu lalu menjadikan untuk Allah, pada hari Kiamat Allah akan berkata kepadanya, “Hamba-hamba-Ku biasa memberikan balasan kepada sesama mereka dengan sepadan, maka Aku akan memberimu surga-Ku sebagai imbalan.”
Nah, semoga kita dapat meneladani apa yang dicontohkan rasul dan para sahabatnya untuk mendapatkan balasan yang sudah dijanjikan oleh Allah itu dan sejumlah rahasia di balik sedekah. Amin!!! (n. mursidi/berbagai sumber)
Si tamu itu berkelit dan melakukan pembelaan, “Yang paling bagus adalah unta jantan dan aku pikir, Anda suatu hari nanti akan memerlukannya.”
Abu Dzarr heran, menyerngitkan kening, “Hari ketika aku paling memerlukan adalah hari ketika aku dibaringkan di dalam kubur karena Allah berfirman ‘Engkau tidak akan mencapai kebaikan kecuali engkau memberikan apa yang paling engkau sukai’ (QS. Ali Imron [3]: 92),” jawab Abu Dzarr.
Kisah di atas, memberi satu teladan betapa murah hatinya Abu Dzarr. Bahkan, Abu Dzarr lebih memilih orang lain daripada dirinya sendiri dan ia menganggap tidak memerlukan sesuatu yang bagus kecuali nanti di alam kubur. Karena itu, rasul menganjurkan seseorang --jika mau memberikan sesuatu—maka sesuatu itu adalah yang baik dan bahkan paling dicintai atau disukai. Ayat yang disebutkan Abu Dzarr itu, memang turun karena ada seorang sahabat yang memiliki sifat kedermawanan tinggi. Diceritakan, pada suatu hari ada seorang sahabat yang memberikan sebuah kebun buah yang dia sukai kepada sanak familinya. Kemudian rasul berkata kepadanya, “Bagus! Bagus! Itu harta yang telah memberimu banyak keuntungan.
Mungkin akan muncul satu pertanyaan, kenapa mengulurkan sebuah kebun justru akan memberi banyak keuntungan? Karena tidak dapat diingkari bahwa sedekah itu adalah sebuah investasi. Hal ini ditegaskan sabda rasul bahwa Allah membesarkan sedekah seperti engkau membesarkan anak unta. Kalau engkau menyedekahkan separuh kurma, maka Allah akan melipatgandakan, dan pada hari kebangkitan kelak, apa yang engkau sedekahkan itu akan dikembalikan kepada hamba dalam bentuk seperti atau lebih besar daripada gunung Uhud.
Dalam sebuah ayat suci, Allah berfirman, “Perumpamaan mereka yang membelanjakan kekayaan mereka di jalan Allah itu adalah seperti sebutir biji jagung yang bertunas tujuh tangkai jagung, pada setiap tangkai ada seratus biji. Maka, Allah melipatgandakan bagi apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261).
Tapi, entah kenapa sebagian manusia justru merasa berat dan susah jika menyisihkan sebagian harta dan perhiasan-perhiasaan duniawi yang mereka miliki. Harta yang dikumpulkan dengan susah payah itu, dianggap sebagai miliknya dan tidak ada untungnya jika harus dibagi atau diberikan kepada orang lain. Dengan alasan, rugi dan akan kehilangan jika harus membagi sebagian harta yang telah dia kumpulkkan itu. Padahal, dalam setiap harta yang dikumpulkan seseorang, ada hak bagi mereka yang miskin. Karena itu, membagikan harta pada mereka yang memerlukan dan butuh itu adalah satu sunnah nabi yang patut diamalkan.
Tetapi, sifat kikir, merasa rugi dan juga takut miskin kerap menjadi penghalang bagi seseorang untuk membagikan sebagian harta yang dimiliki, apalagi sesuatu yang amat dicintai. Padahal, di balik uluran tangan atau menyedekahkan harta itu ada rahasia yang Allah janjikan. Apa rahasia dari janji Allah itu ketika seseorang ringan tangan mau bersedekah?
Rahasia di balik Sedekah
Imam Khumaeni dalam buku 40 Hadits: Telaah atas Hadits-hadits Mistik dan Akhlak (Mizan: 2004) membeberkan rahasia di balik sedekah yang digali dari beberapa hadits. Adapun rahasia itu antara lain; bisa menyelamatkan seseorang dari kematian buruk, membawa rezeki, memudahkan pembayar utang, memperpanjang usia, mengelakkan tujuh puluh bentuk kematian yang buruk dan Allah juga membalasnya sampai sepuluh hingga seratus ribu kali lipat.
Selain itu, sedekah juga bisa menambah kekayaan. Bahkan orang yang bersedekah di waktu pagi, maka dia akan diselamatkan dari bencana alam sepanjang hari itu. Dan jika orang bersedekah pada permulaan malam, dia akan diselamatkan dari bencana di sepanjang malam. Dengan sedekah, sakit pun bisa sembuh. Karena itu, kalau orang memenuhi kebutuhan rumah tangga seorang Muslim, menyelamatkan mereka dari kelaparan, memberi mereka pakaian dan melindungi kehormatan mereka, amalnya lebih baik dibandingkan dengan berhaji sebanyak tujuh puluh kali. Padahal, berhaji itu lebih baik dibandingkan dengan memerdekakan tujuh puluh budak dan orang yang membebaskan budak, maka Allah akan membebaskan setiap tubuhnya dari api neraka untuk satu anggota tubuh seorang budak yang dibebaskan itu.
Karena itulah, kita tak lagi asing mendengar kisah para sahabat nabi yang amat ringan tangan. Seorang sahabat nabi yang terkenal ringan tangan dalam bersedekah adalah Ali bin Abi Thalib. Suatu hari, pernah Ali membeli pakaian yang disukai. Tetapi, pakaian yang ia sukai itu tidak ia pakai melainkan ia sedekahkan. Saat ditanya, Ali pun menjawab, “Aku mendengar rasulullah berabda, ‘Barangsiapa lebih mementingkan orang lain dibandingkan dirinya sendiri, dia akan lebih dipentingkan Allah untuk masuk surga pada hari kiamat. Barangsiapa mencintai sesuatu lalu menjadikan untuk Allah, pada hari Kiamat Allah akan berkata kepadanya, “Hamba-hamba-Ku biasa memberikan balasan kepada sesama mereka dengan sepadan, maka Aku akan memberimu surga-Ku sebagai imbalan.”
Nah, semoga kita dapat meneladani apa yang dicontohkan rasul dan para sahabatnya untuk mendapatkan balasan yang sudah dijanjikan oleh Allah itu dan sejumlah rahasia di balik sedekah. Amin!!! (n. mursidi/berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar