Sampai saat ini, saya telah mengikuti pelatihan motivasi dan kepemimpinan sebanyak tiga kali. Kenapa saya mengikuti pelatihan semacam itu, karena saya butuh untuk aktualisasi diri apalagi jika pelatihan itu relevan dan cukup menarik. Dari ketiga pelatihan yang saya ikuti setidaknya membuat saya menjadi semakin fokus dengan apa yang saya cita-citakan, apa yang saya inginkan dan semua itu bermuara pada kesuksesan dan kemuliaan (terlebih di dalam pelatihan terakhir; Kubik Leadership).
Memang, dari ketiga pelatihan yang saya ikuti itu ada yang membedakan. Perbedaan itu terletak pada kontens, yang menekankan bagaimana bisa membangun mental, kepercayaan diri dan menggali potensi diri. Karena tiga hal itu penting bagi setiap manusia, makanya saya mengikutinya meski menurut ukuran orang biaya pelatihan itu terbilang sangat mahal.
Tapi saya tak melihat nominalnya karena pelatihan semacam itu bagi saya merupakan life time invesment (investasi seumur hidup). Dengan kata lain, ada ilmu yang saya dapatkan untuk masa depan nanti. Jadi, saya bertindak (melakukan sesuatu) berdasarkan ilmu dan dari ilmu itu saya punya prinsip. Itu value lebihnya. Makanya, biaya seberapapun jika itu masih dalam batas rasional, saya melihat pada nilai investasi di masa depannya. Apalagi, saya tahu bahwa penyelenggara pelatihan juga membutuhkan cost, tempat, konsumsi, hak cipta dan lain sebagainya.
Memang, untuk mendapatkan hal semacam itu, saya bisa membaca buku. Tetapi yang membedakan ketika saya ikut pelatihan adalah adanya silaturrahmi, network semakin luas dan bisa kenal dengan orang-orang yang memiliki visi. Itulah yang tidak saya dapatkan ketika saya membaca buku. Makanya, di sini value-nya sangat tinggi. Kalau yang dilihat adalah nominalnya, maka itu akan dikatakan mahal. Tapi bagi saya sendiri, pertama kali adalah ilmunya. Kemudian, aktualisasi diri dengan orang-orang yang memiliki visi dan itu tidak saya pungkiri jadi aset bagi saya di masa mendatang.
Terus terang, setelah mengikuti pelatihan itu saya mnengalami semacam perubahan paradigma dalam diri saya. Pertama, kepercayaan diri (keyakinan). Kedua, berkaitan dengan kepemimpinan yang meliputi; keyakinan (sesuai dengan prinsip Tuhan, prinsip alam dan prinsip manusia), pimpin ati (kerja keras, cerdas dan ikhlas), juga pimpin pekerti yang mengajarkan bagaimana berpikir positif, produktif dan kemudian kontributif. Sebab orang tidak cukup hanya berpikir positif, tapi juga harus diikuti tindakan yang menghasilkan sesuatu (produktif) serta bermanfaat (kontributif) bagi orang lain. (n. mursidi)
Memang, dari ketiga pelatihan yang saya ikuti itu ada yang membedakan. Perbedaan itu terletak pada kontens, yang menekankan bagaimana bisa membangun mental, kepercayaan diri dan menggali potensi diri. Karena tiga hal itu penting bagi setiap manusia, makanya saya mengikutinya meski menurut ukuran orang biaya pelatihan itu terbilang sangat mahal.
Tapi saya tak melihat nominalnya karena pelatihan semacam itu bagi saya merupakan life time invesment (investasi seumur hidup). Dengan kata lain, ada ilmu yang saya dapatkan untuk masa depan nanti. Jadi, saya bertindak (melakukan sesuatu) berdasarkan ilmu dan dari ilmu itu saya punya prinsip. Itu value lebihnya. Makanya, biaya seberapapun jika itu masih dalam batas rasional, saya melihat pada nilai investasi di masa depannya. Apalagi, saya tahu bahwa penyelenggara pelatihan juga membutuhkan cost, tempat, konsumsi, hak cipta dan lain sebagainya.
Memang, untuk mendapatkan hal semacam itu, saya bisa membaca buku. Tetapi yang membedakan ketika saya ikut pelatihan adalah adanya silaturrahmi, network semakin luas dan bisa kenal dengan orang-orang yang memiliki visi. Itulah yang tidak saya dapatkan ketika saya membaca buku. Makanya, di sini value-nya sangat tinggi. Kalau yang dilihat adalah nominalnya, maka itu akan dikatakan mahal. Tapi bagi saya sendiri, pertama kali adalah ilmunya. Kemudian, aktualisasi diri dengan orang-orang yang memiliki visi dan itu tidak saya pungkiri jadi aset bagi saya di masa mendatang.
Terus terang, setelah mengikuti pelatihan itu saya mnengalami semacam perubahan paradigma dalam diri saya. Pertama, kepercayaan diri (keyakinan). Kedua, berkaitan dengan kepemimpinan yang meliputi; keyakinan (sesuai dengan prinsip Tuhan, prinsip alam dan prinsip manusia), pimpin ati (kerja keras, cerdas dan ikhlas), juga pimpin pekerti yang mengajarkan bagaimana berpikir positif, produktif dan kemudian kontributif. Sebab orang tidak cukup hanya berpikir positif, tapi juga harus diikuti tindakan yang menghasilkan sesuatu (produktif) serta bermanfaat (kontributif) bagi orang lain. (n. mursidi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar