Siapakah di antara kita yang tak pernah mengalami luka di bagian tubuhnya? Nyaris tak ada yang menyangkal kalau sebagian besar dari kita pasti pernah mengalaminya. Apalagi saat kita masih kanak-kanak dan suka bermain di jalan atau lapangan. Hanya karena kurang hati-hati saja, bagian tubuh kita akan bisa dengan mudah terluka, entah itu akibat terjatuh, tergores benda tajam atau sebab lain.
Kulit bagian luar tubuh manusia yang menutupi daging dan tulang memang tidak tersusun dari jaringan yang keras dan kuat, melainkan sangat tipis. Maka, kulit manusia memiliki sifat yang rentan (mudah) terluka. Akibatnya, jika tergores sedikit saja (dengan benda tajam), pastilah bagian kulit itu terluka. Darah akan mengucur. Jika sudah mengucurkan darah, maka tidak ada jalan lain yang bisa dilakukan, kecuali harus memberikan obat luka agar darah itu tidak semakin mengucur deras, juga agar luka pun bisa kering dan segera sembuh.
Mungkin di zaman sekarang ini, kita tidak mengalami kesulitan untuk menemukan jenis obat-obatan guna mengobati luka karena di toko-toko (ataupun apotik), dengan mudah kita dapat menjumpai sejumlah obat yang tidak hanya bisa menghentikan kucuran darah dan membuat luka cepat kering, melainkan dapat juga berfungsi mencegah rasa sakit dan infeksi.
Tetapi, bagaimana jika tidak ditemukan obat semacam itu? Apa yang akan Anda lakukan? Lantas, bagaimana petunjuk nabi dalam menguboti luka?
Nabi Pun Terluka
Jangankan kita, nabi pun ternyata pernah mengalami luka. Sejarah telah mencatat bahwa dalam perang Uhud, selain kaum muslim mengalami kekecawaan perang, nabi (pemimpin perang Uhud) pun terluka parah. Alkisah, di kaki Uhud (terletak di sebelah utara Madinah) bertemu kedua pasukan antara kaum Quraisy yang diliputi dengan semangat membara ingin membalas kekalahan dan kaum muslimin yang berperang untuk syi`ar Islam dan demi tagaknya agama Allah.
Setelah keduanya bertemu, perang terjadi. Perang ini terjadi pada bulan Sya`ban tahun ke-3 sejak nabi hijrah. Awalnya, tentara kaum Quraisy berusaha memukul mundur pasukan kaum muslimin dari sayap kiri, tetapi tak berhasil karena Hamzah justru berhasil memporak-porandakan barisan musuh. Karena itu, kaum Quraisy terberai-berai karena dipukul mundur lalu meninggalkan medan pertempuran dan lari menjauhi perkemahan.
Harta rampasan yang ditinggal oleh kaum Quraisy itu rupanya lebih menggiurkan tentara kaum muslimin daripada berpegang teguh atau mematuhi perintah rasul untuk tidak meninggalkan bukit. Padahal, di saat itu pasukan musuh tiba-tiba kembali. Tak pelak, keadaan pun berbalik arah. Kaum muslimin akhirnya terpukul. Pahlawan Islam yang dikenal cukup berani, Hamzah –-paman nabi— gugur. Dalam Perang Uhud ini, kaum muslimin yang gugur sebagai suhada` sekitar 70 orang. Sedang nabi sendiri, terluka parah.
Muhammad husein Haekal di dalam buku Sejarah Hidup Muhammad menulis, sejumlah batu yang dilemparkan oleh kaum Qur`aisy Mekkah telah melukai nabi. Gigi nabi bagian kiri juga terkena lemparan, wajah beliau pecah-pecah dan bibirnya terluka. Dua keping lingkaran rantai topi besi yang menutupi wajahnya telah menusuk pula menembus pipi rasul.
Daun Merang
Dengan obat apa nabi mengobati luka tersebut setelah pulang ke rumah? Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Hazim bahwa dia pernah mendengar Sahal bin Saad ditanya tentang cara pengobatan luka yang dilakukan oleh Rasulullah pada perang Uhud. Dikisahkan bahwa pada perang itu, nabi mengalami luka di wajahnya dan tulang pipinya patah bahkan helm besi nabi pun pecah. Fatimah binti Rasulullah yang mencuci darah beliau, sementara Ali bin Abi Thalib menuangkan air ke atas tangannya. Ketika Fatimah melihat darah pada tubuh Rasulullah semakin bertambah banyak mengalir, ia mengambil sobekan tikar daun dan membakarnya. Setelah jadi abu, Fatimah kemudian menempelkan abu itu pada luka Rasulullah. Darah berhenti mengalir karena abu tikar yang dibuat dari daun merang. Ternyata abu itu amat berkhasiat menghentikan darah pada luka, karena memang mengandung unsur pengering yang kuat, tetapi tidak panas menggigit. Karena obat pengering luka yang menggigit justru akan menguras darah.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya Metode Pengobatan Nabi, menulis, bila abu itu dicampur cuka dan disemburkan ke hidung orang yang terkena mimisan, darahnya juga akan berhenti.
Sedang penulis Al-Qanun mengatakan, bahwa daun merang memang tak dapat dimungkiri amat berguna mengeringkan luka dan mengobati luka yang masih basah. Karena daun merang itu bisa cepat mengeringkan luka. Dia juga mengatakan, kertas Mesir pada zaman dahulu pun dibuat dari daun ini. Komposisi daun ini bersifat dingin dan kering, sedang abunya berguna mengobati sariawan serta menghentikan darah yang mengalir pada luka, bahkan bisa mencegah infeksi pada luka mengoreng.
Selain dapat digunakan untuk mengobati luka dan juga sariawan, daun merang ternyata memiliki sejumlah khasiat. Salah satunya, daun merang itu dapat dijadikan sebagai bahan membuat shampoo yang dapat menghilangkan ketombe. Lebih dari itu, daun merang juga dapat dijadikan sebagai bahan pengawet untuk aneka makanan. Tentu, proses itu tak mudah karena harus melalui proses yang rumit dari pengendapan “air ki” (air yang berasal dari proses pengendapan air dan daun merang). (n. mursidi)
Mungkin di zaman sekarang ini, kita tidak mengalami kesulitan untuk menemukan jenis obat-obatan guna mengobati luka karena di toko-toko (ataupun apotik), dengan mudah kita dapat menjumpai sejumlah obat yang tidak hanya bisa menghentikan kucuran darah dan membuat luka cepat kering, melainkan dapat juga berfungsi mencegah rasa sakit dan infeksi.
Tetapi, bagaimana jika tidak ditemukan obat semacam itu? Apa yang akan Anda lakukan? Lantas, bagaimana petunjuk nabi dalam menguboti luka?
Nabi Pun Terluka
Jangankan kita, nabi pun ternyata pernah mengalami luka. Sejarah telah mencatat bahwa dalam perang Uhud, selain kaum muslim mengalami kekecawaan perang, nabi (pemimpin perang Uhud) pun terluka parah. Alkisah, di kaki Uhud (terletak di sebelah utara Madinah) bertemu kedua pasukan antara kaum Quraisy yang diliputi dengan semangat membara ingin membalas kekalahan dan kaum muslimin yang berperang untuk syi`ar Islam dan demi tagaknya agama Allah.
Setelah keduanya bertemu, perang terjadi. Perang ini terjadi pada bulan Sya`ban tahun ke-3 sejak nabi hijrah. Awalnya, tentara kaum Quraisy berusaha memukul mundur pasukan kaum muslimin dari sayap kiri, tetapi tak berhasil karena Hamzah justru berhasil memporak-porandakan barisan musuh. Karena itu, kaum Quraisy terberai-berai karena dipukul mundur lalu meninggalkan medan pertempuran dan lari menjauhi perkemahan.
Harta rampasan yang ditinggal oleh kaum Quraisy itu rupanya lebih menggiurkan tentara kaum muslimin daripada berpegang teguh atau mematuhi perintah rasul untuk tidak meninggalkan bukit. Padahal, di saat itu pasukan musuh tiba-tiba kembali. Tak pelak, keadaan pun berbalik arah. Kaum muslimin akhirnya terpukul. Pahlawan Islam yang dikenal cukup berani, Hamzah –-paman nabi— gugur. Dalam Perang Uhud ini, kaum muslimin yang gugur sebagai suhada` sekitar 70 orang. Sedang nabi sendiri, terluka parah.
Muhammad husein Haekal di dalam buku Sejarah Hidup Muhammad menulis, sejumlah batu yang dilemparkan oleh kaum Qur`aisy Mekkah telah melukai nabi. Gigi nabi bagian kiri juga terkena lemparan, wajah beliau pecah-pecah dan bibirnya terluka. Dua keping lingkaran rantai topi besi yang menutupi wajahnya telah menusuk pula menembus pipi rasul.
Daun Merang
Dengan obat apa nabi mengobati luka tersebut setelah pulang ke rumah? Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Hazim bahwa dia pernah mendengar Sahal bin Saad ditanya tentang cara pengobatan luka yang dilakukan oleh Rasulullah pada perang Uhud. Dikisahkan bahwa pada perang itu, nabi mengalami luka di wajahnya dan tulang pipinya patah bahkan helm besi nabi pun pecah. Fatimah binti Rasulullah yang mencuci darah beliau, sementara Ali bin Abi Thalib menuangkan air ke atas tangannya. Ketika Fatimah melihat darah pada tubuh Rasulullah semakin bertambah banyak mengalir, ia mengambil sobekan tikar daun dan membakarnya. Setelah jadi abu, Fatimah kemudian menempelkan abu itu pada luka Rasulullah. Darah berhenti mengalir karena abu tikar yang dibuat dari daun merang. Ternyata abu itu amat berkhasiat menghentikan darah pada luka, karena memang mengandung unsur pengering yang kuat, tetapi tidak panas menggigit. Karena obat pengering luka yang menggigit justru akan menguras darah.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya Metode Pengobatan Nabi, menulis, bila abu itu dicampur cuka dan disemburkan ke hidung orang yang terkena mimisan, darahnya juga akan berhenti.
Sedang penulis Al-Qanun mengatakan, bahwa daun merang memang tak dapat dimungkiri amat berguna mengeringkan luka dan mengobati luka yang masih basah. Karena daun merang itu bisa cepat mengeringkan luka. Dia juga mengatakan, kertas Mesir pada zaman dahulu pun dibuat dari daun ini. Komposisi daun ini bersifat dingin dan kering, sedang abunya berguna mengobati sariawan serta menghentikan darah yang mengalir pada luka, bahkan bisa mencegah infeksi pada luka mengoreng.
Selain dapat digunakan untuk mengobati luka dan juga sariawan, daun merang ternyata memiliki sejumlah khasiat. Salah satunya, daun merang itu dapat dijadikan sebagai bahan membuat shampoo yang dapat menghilangkan ketombe. Lebih dari itu, daun merang juga dapat dijadikan sebagai bahan pengawet untuk aneka makanan. Tentu, proses itu tak mudah karena harus melalui proses yang rumit dari pengendapan “air ki” (air yang berasal dari proses pengendapan air dan daun merang). (n. mursidi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar