Megah dan indah! Itulah satu ungkapan yang akan Anda ucapkan seraya berdecak kagum tatkala Anda mengunjungi atau melihat dari dekat masjid Dian Al Mahri ini.
Maklum, masjid yang dibangun oleh Hj. Dian Juriah M. Al Rasjid (pengusaha minyak asal Banten) ini tidak saja dibangun dengan arsitektur yang menawan dan ornamen yang membuat orang bisa terkagum-kagum. Lebih dari itu, lima kubah (yang terdiri dari satu kubah besar dan empat kubah kecil) yang berdiri kokoh di atas bangunan masjid ini ternyata dilapisi dengan emas 24 karat.
Tidak salah jika kemudian masjid ini jadi bahan pembicaraan dan mengundang penasaran banyak orang. Sejak diresmikan (dibuka untuk umum) bertepatan pada Hari Raya Idul Adha (31 Desember 2006) lalu, masjid yang terletak di Jalan Raya Meruyung-Cinere, Kecamatan Limo Depok ini langsung dikunjungi jama`ah (baca: pengunjung) dari berbagai penjuru tanah air. Berikut ini adalah hasil liputan majalah Hidayah, yang sempat berkunjung ke masjid Dian Al Mahri, Rabu (14/02/2007).
Gagasan Pendirian Masjid
Sebelum Hj. Dian Juriah Al-Rasjid membangun masjid Dian Al Mahri di Depok ini, istri dari Drs H. Maimun Al-Rasjid (asal Padang) tersebut memang sudah lebih dulu membangun masjid di Petukangan, Jakarta Selatan, yang masih berada di area rumah pasangan Hj. Dian-H. Maimun yang berdekatan dengan secretariat Yayasan Dian Al Mahri. Tapi bangunan masjid yang sudah berdiri pada tahun 1997 itu, rupanya belum membuat Hj. Dian merasa puas.
Setelah berkenalan dengan Uke G. Setiawan, seorang prinsipal desainer, cita-cita Hj. Dian yang sudah lama sekali mendambakan untuk memiliki Islamic Center dan membangun masjid yang megah seperti mendapatkan orang yang cocok untuk diserahi dalam perencanaan proyek yang menantang itu. Maka, setelah Hj Dian Juriah membeli tanah di Kelurahan Meruyung, Limo, Depok, maka bulan Desember 1998, dimulailah pekerjaan perencanaan tahap pertama. Pada 2001, masjid --yang dirancang dengan matang-- ini pun mulai dibangun.
Sekitar enam tahun, proyek mega besar itu akhirnya rampung. Bertetapan Hari Raya Idul Adha (31 Desember) 2006, masjid ini diresmikan dengan nama Masjid Dian Al Mahri. Nama masjid ini diambil dari nama pemilik atau pembangunnya, Hj. Dian Juriah Al-Rasyid, seorang muslimah kaya raya yang dikenal sebagai pengusaha minyak. Tetapi siapa sebenarnya Hj. Dian Juriah ini? Yudi Camaro, staf Dian Juriah yang mendapatkan mandat untuk menangani Masjid Dian Al Mahri menghindar dan enggan membeberkan lebih jauh. Juga, berapa biaya pembangunan masjid yang megah dan menawan ini? Ilham (yang juga masih staff Dian Juriah) pun tak mau memberikan penjelasan.
Yang jelas, keinginan Hj Dian Juriah membangun masjid yang megah dan indah ini dilatarbelakangi (atau didorong) untuk menunjukkan simbul dari keagungan Islam. Dengan kata lain, Hj. Dian ingin membangun sebuah masjid yang "megah" dengan satu harapan supaya nanti tempat itu dapat menggetarkan perasaan, juga menggerakkan jiwa dan meningkatkan keimanan. Sedang tujuan dari keindahan masjid yang dimaksud adalah agar masjid itu dapat “mengingatkan” semua jama`ah akan kebesaran Sang Pencipta (Sang Khalik).
Kini cita-cita Hj. Dian Juriah itu sudah menjadi kenyataan. Masjid Dian Al Mahri bukan saja sudah berdiri megah dan indah, tetapi juga tergolong mewah. Bayangkan! Bangunan masjid ini (luasnya 800 meter persegi) berdiri di area komplek 70 hektar. Di komplek itu, selain berdiri masjid, juga ada rumah pasangan Hj Dian-H. Maimun yang bak kastil, gedung auditorium dan gedung serba guna. Konon, di sekitar masjid itu pula rencananya akan dibangun pesantren.
Kubah Emas 24 Karat
Tidak dapat dimungkiri, "daya tarik" dari masjid satu ini adalah lima kubah yang berdiri kokoh dan menawan dengan dilapisi emas 24 karat. Karena dilapisi emas, maka ketika Anda melihat dari jauh di waktu siang atau sore, sudah pasti akan menyilaukan mata. Kilau kuning keemasan akibat tersepuh cahaya matahari yang menerpa kubah, bisa membuat orang yang menatap berdebar. Apalagi, bentuk kubah masjid ini selain dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang material dan pemasangannya didatangkan dari Italia, juga mengacu kubah yang banyak digunakan di masjid Persia ataupun India, dengan ciri --lima buah kubah-- yang melambangkan rukun iman.
Selain jumlah kubah yang melambangkan rukun iman, minaret masjid ini juga berbentuk "segi enam" yang menjulang setinggi 40 meter (masing-masing terdiri dari "enam tingkat") yang melambangkan rukun iman. Keenam minaret itu dibalut granit abu-abu dengan ornamen yang melingkar setiap tingkatnya. Lebih dari itu, puncak dari masing-masing kubah tersebut ternyata masih juga dilapisi dengan emas 24 karat.
Setelah Anda menikmati keindahan dari luar, Anda bisa memasuki masjid dari tiga arah. Masjid ini memiliki gerbang masuk pada kedua sisi masjid, di sebelah utara dan selatan, serta gerbang utama di sebelah timur yang berhubungan langsung dengan halaman dalam, berukuran 45 x 57 meter. Halaman dalam ini bisa menampung sekitar 10.000 jamaah dan salah satu sisinya bisa langsung berhubungan dengan ruang shalat, sedang tiga sisi lainnya dibatasi dengan selasar dengan sederetan pilar-pilar berbalut batu granit yang sengaja didatangkan dari Brazil.
Sedang ruang utama (shalat) masjid berukuran 40 x 60 meter bisa menampung sekitar 5.000 jamaah. Bagian dalam masjid Dian menghadirkan pilar-pilar kokoh, yang menjulang ke atas guna menciptakan skala ruang yang agung, sehingga jama`ah yang berada dalam masjid akan merasa kecil di hadapan Allah. Selain itu, “ruang dalam” ini menimbulkan rasa tawadhu`. Ruangan ini didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem ke arah salem untuk memberi karakter ruangan yang tenang dan hangat. Materialnya adalah marmer yang kebanyakan didatangkan dari Turki. Sedang ornamen-ornamennya menggunakan marmer hitam untuk mendapatkan unsur sacral dan warna emas untuk menampilkan keindahan dan kekuatan bangunan.
Di sekeliling ruangan shalat, dipenuhi dengan kaligrafi yang ditulis dengan batu marmer hitam yang diselipkan ke dalam marmer berwarna putih sebagai dasar dengan menggunakan teknik "water-jet". Penulis kaligrafi tersebut adalah seorang ahli khat negeri ini yang pernah menulis mushaf Istiqlal tahun 1994. Hiasan kaligrafi dan marmer serupa juga menghiasi mighrab masjid.
Tetapi, yang menarik dari bagian ruangan shalat ini adalah langit-langit kubah yang dilukis dengan warna-warna yang dapat berubah-ubah sesuai dengan warna langit di waktu-waktu shalat. Warna itu bisa "berubah-ubah", antara pagi, siang dan subuh. Hal ini dimungkinkan karena disetting dengan menggunakaan teknologi tata cahaya yang diprogram bantuan komputer. Di tengah langit-langit kubah itu, tergantung pula lampu kristal gantung yang serupa di masjid Oman.
Mengundang Penasaran
Dengan kemegahan Masjid Dian Al Mahri ini, tidak salah kalau masjid ini konon dinobatkan sebagai masjid termegah se-Asia Tenggara. Karena itu, nyaris mengundang rasa penasaran banyak orang. Sejak diresmikan, masjid ini pun setiap harinya nyaris tidak pernah sepi pengunjung. Anehnya, pengunjung yang datang tidak semata-mata untuk tujuan ibadah, melainkan ada pula yang datang hanya untuk sekedar ingin tahu, duduk-duduk dan memotret bangunan masjid yang indah dan megah .
Ketika Hidayah mengunjungi masjid Dian Al Mahri, Rabu (14/02/1007), setelah tiga hari ditutup karena digunakan untuk resepsi pernikahan anak Hj Dian Juriah, hari itu tampak ramai dikunjungi orang lagi. Tak hanya dikunjungi orang-orang dari Depok, Bekasi, Bogor, Jakarta. Ada juga pengunjung yang datang dari Bandung, Kalimantan dan kota-kota lain.
Usman Beka (60 tahun), seorang pensiunan PNS Dinas Pariwisata Bandung yang mengunjungi masjid Dian Al Mahri bersama istrinya bercerita, “Saya datang ke Jakarta dengan tujuan untuk mengunjungi anak saya yang lagi dilanda banjir, tetapi kemudian menyempatkan diri melihat dari dekat keindahan masjid ini yang sebelumnya hanya saya dengar dari cerita orang. Setelah melihat sendiri, saya menyadari bahwa masjid ini benar-benar megah dan indah. Berada di masjid ini, saya merasakan seperti berada di masjid Oman atau di daerah Timur Tengah lain.”
Rasa kagum yang dikemukakan oleh Usman Beka itu, juga dirasakan oleh semua pengunjung yang datang ke masjid Dian Al Mahri. Hari itu, tidak terhitung pengunjung yang datang ke Masjid Dian Al Mahri. “Tiap hari suasananya seperti ini, ramai dan juga banyak dipenuhi pengunjung,” terang Yudi Camaro kepada Hidayah.
Memang, daya tarik kemegahan masjid ini adalah bentuk kubahnya yang dilapisi emas 24 karat. Tak salah, kalau masjid Dian Al Mahri ini pun akan melengkapi deretan masjid-masjid dunia berkubah emas yang ada, seperti masjid Sultan Omar Ali Saifuddin (Brunai Darussalam), masjid Suneri (Lahore, Pakistan) dan masjid Al Askari (di Irak). Karena itu, selain masjid ini jadi tempat shalat serta kegiatan keagamaan lain, tentu menjadi salah satu tempat wisata ruhani. Hanya saja, kalau kemegahan bangunan masjid ini tidak diimbangi dengan keramaian jama`ah yang menunaikan shalat atau beriktikaf dan kegiatan keagamaan lain, tentu akan sia-sia jika hanya menjadi tempat wisata bagi orang yang hanya ingin tahu belaka!!! (n. mursidi)
Gagasan Pendirian Masjid
Sebelum Hj. Dian Juriah Al-Rasjid membangun masjid Dian Al Mahri di Depok ini, istri dari Drs H. Maimun Al-Rasjid (asal Padang) tersebut memang sudah lebih dulu membangun masjid di Petukangan, Jakarta Selatan, yang masih berada di area rumah pasangan Hj. Dian-H. Maimun yang berdekatan dengan secretariat Yayasan Dian Al Mahri. Tapi bangunan masjid yang sudah berdiri pada tahun 1997 itu, rupanya belum membuat Hj. Dian merasa puas.
Setelah berkenalan dengan Uke G. Setiawan, seorang prinsipal desainer, cita-cita Hj. Dian yang sudah lama sekali mendambakan untuk memiliki Islamic Center dan membangun masjid yang megah seperti mendapatkan orang yang cocok untuk diserahi dalam perencanaan proyek yang menantang itu. Maka, setelah Hj Dian Juriah membeli tanah di Kelurahan Meruyung, Limo, Depok, maka bulan Desember 1998, dimulailah pekerjaan perencanaan tahap pertama. Pada 2001, masjid --yang dirancang dengan matang-- ini pun mulai dibangun.
Sekitar enam tahun, proyek mega besar itu akhirnya rampung. Bertetapan Hari Raya Idul Adha (31 Desember) 2006, masjid ini diresmikan dengan nama Masjid Dian Al Mahri. Nama masjid ini diambil dari nama pemilik atau pembangunnya, Hj. Dian Juriah Al-Rasyid, seorang muslimah kaya raya yang dikenal sebagai pengusaha minyak. Tetapi siapa sebenarnya Hj. Dian Juriah ini? Yudi Camaro, staf Dian Juriah yang mendapatkan mandat untuk menangani Masjid Dian Al Mahri menghindar dan enggan membeberkan lebih jauh. Juga, berapa biaya pembangunan masjid yang megah dan menawan ini? Ilham (yang juga masih staff Dian Juriah) pun tak mau memberikan penjelasan.
Yang jelas, keinginan Hj Dian Juriah membangun masjid yang megah dan indah ini dilatarbelakangi (atau didorong) untuk menunjukkan simbul dari keagungan Islam. Dengan kata lain, Hj. Dian ingin membangun sebuah masjid yang "megah" dengan satu harapan supaya nanti tempat itu dapat menggetarkan perasaan, juga menggerakkan jiwa dan meningkatkan keimanan. Sedang tujuan dari keindahan masjid yang dimaksud adalah agar masjid itu dapat “mengingatkan” semua jama`ah akan kebesaran Sang Pencipta (Sang Khalik).
Kini cita-cita Hj. Dian Juriah itu sudah menjadi kenyataan. Masjid Dian Al Mahri bukan saja sudah berdiri megah dan indah, tetapi juga tergolong mewah. Bayangkan! Bangunan masjid ini (luasnya 800 meter persegi) berdiri di area komplek 70 hektar. Di komplek itu, selain berdiri masjid, juga ada rumah pasangan Hj Dian-H. Maimun yang bak kastil, gedung auditorium dan gedung serba guna. Konon, di sekitar masjid itu pula rencananya akan dibangun pesantren.
Kubah Emas 24 Karat
Tidak dapat dimungkiri, "daya tarik" dari masjid satu ini adalah lima kubah yang berdiri kokoh dan menawan dengan dilapisi emas 24 karat. Karena dilapisi emas, maka ketika Anda melihat dari jauh di waktu siang atau sore, sudah pasti akan menyilaukan mata. Kilau kuning keemasan akibat tersepuh cahaya matahari yang menerpa kubah, bisa membuat orang yang menatap berdebar. Apalagi, bentuk kubah masjid ini selain dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang material dan pemasangannya didatangkan dari Italia, juga mengacu kubah yang banyak digunakan di masjid Persia ataupun India, dengan ciri --lima buah kubah-- yang melambangkan rukun iman.
Selain jumlah kubah yang melambangkan rukun iman, minaret masjid ini juga berbentuk "segi enam" yang menjulang setinggi 40 meter (masing-masing terdiri dari "enam tingkat") yang melambangkan rukun iman. Keenam minaret itu dibalut granit abu-abu dengan ornamen yang melingkar setiap tingkatnya. Lebih dari itu, puncak dari masing-masing kubah tersebut ternyata masih juga dilapisi dengan emas 24 karat.
Setelah Anda menikmati keindahan dari luar, Anda bisa memasuki masjid dari tiga arah. Masjid ini memiliki gerbang masuk pada kedua sisi masjid, di sebelah utara dan selatan, serta gerbang utama di sebelah timur yang berhubungan langsung dengan halaman dalam, berukuran 45 x 57 meter. Halaman dalam ini bisa menampung sekitar 10.000 jamaah dan salah satu sisinya bisa langsung berhubungan dengan ruang shalat, sedang tiga sisi lainnya dibatasi dengan selasar dengan sederetan pilar-pilar berbalut batu granit yang sengaja didatangkan dari Brazil.
Sedang ruang utama (shalat) masjid berukuran 40 x 60 meter bisa menampung sekitar 5.000 jamaah. Bagian dalam masjid Dian menghadirkan pilar-pilar kokoh, yang menjulang ke atas guna menciptakan skala ruang yang agung, sehingga jama`ah yang berada dalam masjid akan merasa kecil di hadapan Allah. Selain itu, “ruang dalam” ini menimbulkan rasa tawadhu`. Ruangan ini didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem ke arah salem untuk memberi karakter ruangan yang tenang dan hangat. Materialnya adalah marmer yang kebanyakan didatangkan dari Turki. Sedang ornamen-ornamennya menggunakan marmer hitam untuk mendapatkan unsur sacral dan warna emas untuk menampilkan keindahan dan kekuatan bangunan.
Di sekeliling ruangan shalat, dipenuhi dengan kaligrafi yang ditulis dengan batu marmer hitam yang diselipkan ke dalam marmer berwarna putih sebagai dasar dengan menggunakan teknik "water-jet". Penulis kaligrafi tersebut adalah seorang ahli khat negeri ini yang pernah menulis mushaf Istiqlal tahun 1994. Hiasan kaligrafi dan marmer serupa juga menghiasi mighrab masjid.
Tetapi, yang menarik dari bagian ruangan shalat ini adalah langit-langit kubah yang dilukis dengan warna-warna yang dapat berubah-ubah sesuai dengan warna langit di waktu-waktu shalat. Warna itu bisa "berubah-ubah", antara pagi, siang dan subuh. Hal ini dimungkinkan karena disetting dengan menggunakaan teknologi tata cahaya yang diprogram bantuan komputer. Di tengah langit-langit kubah itu, tergantung pula lampu kristal gantung yang serupa di masjid Oman.
Mengundang Penasaran
Dengan kemegahan Masjid Dian Al Mahri ini, tidak salah kalau masjid ini konon dinobatkan sebagai masjid termegah se-Asia Tenggara. Karena itu, nyaris mengundang rasa penasaran banyak orang. Sejak diresmikan, masjid ini pun setiap harinya nyaris tidak pernah sepi pengunjung. Anehnya, pengunjung yang datang tidak semata-mata untuk tujuan ibadah, melainkan ada pula yang datang hanya untuk sekedar ingin tahu, duduk-duduk dan memotret bangunan masjid yang indah dan megah .
Ketika Hidayah mengunjungi masjid Dian Al Mahri, Rabu (14/02/1007), setelah tiga hari ditutup karena digunakan untuk resepsi pernikahan anak Hj Dian Juriah, hari itu tampak ramai dikunjungi orang lagi. Tak hanya dikunjungi orang-orang dari Depok, Bekasi, Bogor, Jakarta. Ada juga pengunjung yang datang dari Bandung, Kalimantan dan kota-kota lain.
Usman Beka (60 tahun), seorang pensiunan PNS Dinas Pariwisata Bandung yang mengunjungi masjid Dian Al Mahri bersama istrinya bercerita, “Saya datang ke Jakarta dengan tujuan untuk mengunjungi anak saya yang lagi dilanda banjir, tetapi kemudian menyempatkan diri melihat dari dekat keindahan masjid ini yang sebelumnya hanya saya dengar dari cerita orang. Setelah melihat sendiri, saya menyadari bahwa masjid ini benar-benar megah dan indah. Berada di masjid ini, saya merasakan seperti berada di masjid Oman atau di daerah Timur Tengah lain.”
Rasa kagum yang dikemukakan oleh Usman Beka itu, juga dirasakan oleh semua pengunjung yang datang ke masjid Dian Al Mahri. Hari itu, tidak terhitung pengunjung yang datang ke Masjid Dian Al Mahri. “Tiap hari suasananya seperti ini, ramai dan juga banyak dipenuhi pengunjung,” terang Yudi Camaro kepada Hidayah.
Memang, daya tarik kemegahan masjid ini adalah bentuk kubahnya yang dilapisi emas 24 karat. Tak salah, kalau masjid Dian Al Mahri ini pun akan melengkapi deretan masjid-masjid dunia berkubah emas yang ada, seperti masjid Sultan Omar Ali Saifuddin (Brunai Darussalam), masjid Suneri (Lahore, Pakistan) dan masjid Al Askari (di Irak). Karena itu, selain masjid ini jadi tempat shalat serta kegiatan keagamaan lain, tentu menjadi salah satu tempat wisata ruhani. Hanya saja, kalau kemegahan bangunan masjid ini tidak diimbangi dengan keramaian jama`ah yang menunaikan shalat atau beriktikaf dan kegiatan keagamaan lain, tentu akan sia-sia jika hanya menjadi tempat wisata bagi orang yang hanya ingin tahu belaka!!! (n. mursidi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar