Sejarah mencatat bahwa misi utama diutusnya seorang nabi atau rasul tidak lain adalah untuk memberantas kemusyrikan di muka bumi ini. Sebab kehadiran nabi dengan misi agung untuk menyampaikan pesan Ilahi, mengajak orang untuk berbuat baik dan beribadah kepada Allah, akan sia-sia jika masih disertai perbuatan syirik yang menganggap ada yang lain selain Allah. Lantas apa sebenarnya syirik sampai perbuatan tersebut merupakan suatu dosa besar dan Allah tidak mengampuni?
Seperti dijelaskan dalam Ensiklopedi Hukum Islam syirik merupakan perbuatan, anggapan atau iktikad menyekutukan Allah dengan lainnya, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah. Ditinjau dari segi bahasa, syirik berarti persekutuan atau bagian (nasib) dan orang yang menyekutukan Allah itu disebut sebagai musyrik.
Dengan pengertian di atas, dapat dipahami jika syirik merupakan dosa besar yang tidak diampuni Allah. Bagaimana tidak membuat Allah marah atau cemburu? Allah adalah Sang Khalik, Yang Maha Kuasa dan tak ada sesuatu lain yang mampu menyamai. Karena itu, jika ada seorang hamba yang menyekutukan-Nya, sudah jelas itu merupakan sebentuk pengkhianatan terhadap Allah. Maka dari itu, syirik merupakan dosa besar dan Allah tidak mau mengampuni. Ini sebagaimana dijelaskan al-Qur`an bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. an-Nisaa` [4]: 48).
Macam Syirik
Syirik atau perbuatan menyekutukan Allah sebenarnya terbagi dalam dua macam (jenis). Pertama, syirik akbar (syirik besar) atau yang biasa disebut dengan syirik jali (syirik nyata). Syirik akbar atau syirik jali ialah perbuatan yang jelas-jelas menganggap ada tuhan-tuhan lain selain Allah dan tuhan-tuhan itu dijadikan sebagai tandingan Allah, menganggap Tuhan mempunyai anak atau segala perbuatan yang mengingkari Kemahakuasaan Allah SWT.
Gambaran perbuatan orang-orang musyrik itu dapat dilihat dalam QS. al-Mu`minun [23] ayat 84-91, QS al-Ankabuut [29]: 61-63, QS Luqman [31]: 31-34, QS az-Zumar [39]: 38-39 dan QS az-Zukhruf [43]: 43-87. Dalam al-Qur`an dijelaskan pula, salah satu tugas pokok misi agama-agama samawi yang pernah diturunkan Allah ialah membersihkan kepercayaan manusia dari paham syirik (lihat antara lain surat an-Nahl [16]: 36).
Sebagaimana misi yang dibawa oleh Nabi Nuh. Tidak dapat disangkal, bahwa Nabi Nuh ditugaskan Allah untuk menyeru kepada umatnya hanya beribadah pada Allah ketika umatnya menyembah berhala Wudd, Yagus, Ya`uq dan Nasr (QS. Nuh [71]: 23). Karena itu, Nabu Nuh menyeru kepada umatnya, “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertaqwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku (QS. Nuh [71]: 2-3).
Misi yang sama juga diemban Nabi Hud AS yang juga menyeru kaumnya, Ad, untuk beribadah pada Allah SWT (QS Huud [11]: 2) dan Nabi Ibrahim AS dalam menentang bapaknya sebagai pembuat patung juga Raja Namrud sebagai penyembah berhala sehingga Nabi Ibrahim mengajak mereka hanya untuk beribadah kepada Allah SWT (QS. al-An`aam [6]: 74 dan QS. al-Anbiyaa` [21]: 52). Demikian juga dengan misi Nabi terakhir, Nabi Muhammad yang diutus Allah menghapus paham syirik di kalangan Arab Jahiliah karena kaum musyrik Arab Jahiliah mengakui Allah sebagai Tuhan mereka tetapi merasa perlu ada perantara-perantara untuk lebih mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan membuat berhala seperti Hubal, Lata, Uzza dan Manata (QS. az-Zumar [39]: 3 dan QS. an-Najm [53]: 19-23).
Macam syirik yang kedua, adalah syirik asgar atau syirik khafi. Syirik asgar atau khafi ini ialah perbuatan yang secara tersirat mengandung pengakuan ada yang kuasa di samping Allah. Memang syirik ini samar dan nyaris tak kentara, semisal pernyataan seseorang yang mengatakan “Jika seandainya saya tidak ditolong si A pada peristiwa itu, saya pasti mati.” Atau perkataan, “Jika saya tidak minum obat itu, saya tidak akan sembuh dari penyakit yang saya derita.”
Dengan pernyataan seperti di atas itu, tak disangkal kalau dalam hati tersirat seakan-akan ada pengakuan bahwa ada sesuatu lain (si A atau obat) yang berkuasa selain Allah SWT. Padahal, seorang mukmin tak seharusnya berkata seperti itu. Dengan kata lain, seorang mukmin seharus tak menafikan kekuasaan Allah, dengan mengatakan “Seandainya tidak ada pertolongan Allah melalui si A, saya pasti mati atau “Seandainya tidak ada pertolongan Allah SWT melalui obat ini, saya tidak akan sembuh dari penyakit yang saya derita.”
Jika syirik akbar atau jali sudah nyata dan hampir semua orang tahu, tetapi syirik khafi kerap kali tidak disadari. Bahkan dalam sebuah hadits, ulah untuk unjuk gigi di depan umum agar dipuji orang pun sudah bisa dikategorikan sebagai syirik khafi. Sebagaimana dalam salah satu hadits yang terdapat dalam Musnad Ahmad Ibn Hanbal yang dikatakan syirik khafi ialah seseorang yang mengerjakan suatu perbuatan ada maksud untuk dipuji oleh orang lain. Pendek kata, ada niat ria.
Semoga kita semua terhindar dari bentuk syirik akbar, maupun syirik khafi. Lebih dari itu, juga tidak terjerat kesombongan untuk pamer ataupun ria di depan orang. (n. mursidi/dari berbagai sumber/foto: Dewi)
Seperti dijelaskan dalam Ensiklopedi Hukum Islam syirik merupakan perbuatan, anggapan atau iktikad menyekutukan Allah dengan lainnya, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah. Ditinjau dari segi bahasa, syirik berarti persekutuan atau bagian (nasib) dan orang yang menyekutukan Allah itu disebut sebagai musyrik.
Dengan pengertian di atas, dapat dipahami jika syirik merupakan dosa besar yang tidak diampuni Allah. Bagaimana tidak membuat Allah marah atau cemburu? Allah adalah Sang Khalik, Yang Maha Kuasa dan tak ada sesuatu lain yang mampu menyamai. Karena itu, jika ada seorang hamba yang menyekutukan-Nya, sudah jelas itu merupakan sebentuk pengkhianatan terhadap Allah. Maka dari itu, syirik merupakan dosa besar dan Allah tidak mau mengampuni. Ini sebagaimana dijelaskan al-Qur`an bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. an-Nisaa` [4]: 48).
Macam Syirik
Syirik atau perbuatan menyekutukan Allah sebenarnya terbagi dalam dua macam (jenis). Pertama, syirik akbar (syirik besar) atau yang biasa disebut dengan syirik jali (syirik nyata). Syirik akbar atau syirik jali ialah perbuatan yang jelas-jelas menganggap ada tuhan-tuhan lain selain Allah dan tuhan-tuhan itu dijadikan sebagai tandingan Allah, menganggap Tuhan mempunyai anak atau segala perbuatan yang mengingkari Kemahakuasaan Allah SWT.
Gambaran perbuatan orang-orang musyrik itu dapat dilihat dalam QS. al-Mu`minun [23] ayat 84-91, QS al-Ankabuut [29]: 61-63, QS Luqman [31]: 31-34, QS az-Zumar [39]: 38-39 dan QS az-Zukhruf [43]: 43-87. Dalam al-Qur`an dijelaskan pula, salah satu tugas pokok misi agama-agama samawi yang pernah diturunkan Allah ialah membersihkan kepercayaan manusia dari paham syirik (lihat antara lain surat an-Nahl [16]: 36).
Sebagaimana misi yang dibawa oleh Nabi Nuh. Tidak dapat disangkal, bahwa Nabi Nuh ditugaskan Allah untuk menyeru kepada umatnya hanya beribadah pada Allah ketika umatnya menyembah berhala Wudd, Yagus, Ya`uq dan Nasr (QS. Nuh [71]: 23). Karena itu, Nabu Nuh menyeru kepada umatnya, “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertaqwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku (QS. Nuh [71]: 2-3).
Misi yang sama juga diemban Nabi Hud AS yang juga menyeru kaumnya, Ad, untuk beribadah pada Allah SWT (QS Huud [11]: 2) dan Nabi Ibrahim AS dalam menentang bapaknya sebagai pembuat patung juga Raja Namrud sebagai penyembah berhala sehingga Nabi Ibrahim mengajak mereka hanya untuk beribadah kepada Allah SWT (QS. al-An`aam [6]: 74 dan QS. al-Anbiyaa` [21]: 52). Demikian juga dengan misi Nabi terakhir, Nabi Muhammad yang diutus Allah menghapus paham syirik di kalangan Arab Jahiliah karena kaum musyrik Arab Jahiliah mengakui Allah sebagai Tuhan mereka tetapi merasa perlu ada perantara-perantara untuk lebih mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan membuat berhala seperti Hubal, Lata, Uzza dan Manata (QS. az-Zumar [39]: 3 dan QS. an-Najm [53]: 19-23).
Macam syirik yang kedua, adalah syirik asgar atau syirik khafi. Syirik asgar atau khafi ini ialah perbuatan yang secara tersirat mengandung pengakuan ada yang kuasa di samping Allah. Memang syirik ini samar dan nyaris tak kentara, semisal pernyataan seseorang yang mengatakan “Jika seandainya saya tidak ditolong si A pada peristiwa itu, saya pasti mati.” Atau perkataan, “Jika saya tidak minum obat itu, saya tidak akan sembuh dari penyakit yang saya derita.”
Dengan pernyataan seperti di atas itu, tak disangkal kalau dalam hati tersirat seakan-akan ada pengakuan bahwa ada sesuatu lain (si A atau obat) yang berkuasa selain Allah SWT. Padahal, seorang mukmin tak seharusnya berkata seperti itu. Dengan kata lain, seorang mukmin seharus tak menafikan kekuasaan Allah, dengan mengatakan “Seandainya tidak ada pertolongan Allah melalui si A, saya pasti mati atau “Seandainya tidak ada pertolongan Allah SWT melalui obat ini, saya tidak akan sembuh dari penyakit yang saya derita.”
Jika syirik akbar atau jali sudah nyata dan hampir semua orang tahu, tetapi syirik khafi kerap kali tidak disadari. Bahkan dalam sebuah hadits, ulah untuk unjuk gigi di depan umum agar dipuji orang pun sudah bisa dikategorikan sebagai syirik khafi. Sebagaimana dalam salah satu hadits yang terdapat dalam Musnad Ahmad Ibn Hanbal yang dikatakan syirik khafi ialah seseorang yang mengerjakan suatu perbuatan ada maksud untuk dipuji oleh orang lain. Pendek kata, ada niat ria.
Semoga kita semua terhindar dari bentuk syirik akbar, maupun syirik khafi. Lebih dari itu, juga tidak terjerat kesombongan untuk pamer ataupun ria di depan orang. (n. mursidi/dari berbagai sumber/foto: Dewi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar