Judul buku : Panduan Seks Islami
Penulis : Dr Hasan Hathout dkk
Penerbit : Zahra Pustaka, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2007
Tebal buku : 328 halaman
Orang berbeda pendapat dalam memandang seks. Sebagian orang, melihat seks sebagai pelampiasan nafsu demi mencapai kenikmatan dan kesenangan semata. Sedang sebagian orang yang lain, menganggap seks sebagai hal yang menjijikkan, kotor, tabu dan bahkan dosa. Karena itulah, seks harus dijauhi dan tak patut untuk dibicarakan.
Padahal seks itu –pada hakekatnya-- adalah hal alamiah yang dianugrahkan Allah pada setiap umat manusia sejak ia lahir demi kelangsungan hidupnya. Maka, mau tidak mau, seks harus diakui sebagai bagian inherent manusia yang tidak bisa dinafikan dan dimungkri keberadaannya. Lantas, bagaimanakah Islam (sesuai aturan yang telah ditetapkan al-Qur`an dan hadits) melihat persoalan seks?
Islam ternyata memandang seks dengan pandangan lain. Tidak seperti beberapa agama lain (seperti Kristen dan Budha) atau aliran filsafat tertentu, Islam --tulis Majida Tufail dalam buku Panduan Seks Islami ini-- tidak memandang seks sebagai syahwat daging yang penuh dosa dan karena itu jiwa harus menundukkannya. Islam menganggap seks sebagai suatu hal yang suci, fitrah dari setiap manusia dan bahkan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Karena, jika “seks” dipraktekkan dalam kerangka yang sesuai dengan syaraiat Islam, tentu sepasang suami-istri bukan semata-mata untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan seksual melainkan juga mendapat pahala dari Allah.
Kenapa? Karena seks dalam ikatan pernikahan dipandang Islam sebagai wujud sedekah dan juga ibadah. Seperti diungkapkan oleh Rasulullah, bahwa “dalam hubungan yang dilakukan oleh pasangan yang sah, ada sedekah”. Bahkan dalam satu hadits lain, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa ingin melihat Allah dalam kesucian, hendaklah dia menemui-Nya dengan istrinya. Tetapi jika seks itu dipraktekkan di luar ikatan pernikahan, Islam (QS. al-Isra` [17]: 32) jelas-jelas akan mengutuk karena hal itu termasuk perbuatan zina yang dilarang ajaran Islam.
Meski Islam menganggap seks sebagai hal yang suci, tetapi ada adab dan aturan yang tak bisa dilanggar. Islam menganjurkan pasangan tidak sampai mempraktekkan seks a la binatang, melainkan seks yang me”manusia”kan setiap pasangan. Karena itu, nabi bersabda “Janganlah di antara kalian mendatangi istrinya seperti binatang. Adalah lebih patut baginya untuk mengirimkan pesan sebelum melakukannya.” (HR Dailami).
Jadi Islam menganjurkan seks dalam koridor untuk “memanusiakan”, bukan seks yang merendahkan derajat manusia. Karena itulah, Islam melarang suami mendatangi istrinya yang sedang menstruasi.
Buku ini boleh dikata cukup lengkap mengupas persoalan seputar seks dilihat dari sudut pandang ajaran Islam sesuai dengan al-Qur`an dan hadits. Tak salah jika buku ini juga mengupas adab bersetubuh, hukum masturbasi, hokum oral seks, hokum anal seks, pesoalan aborsi, inces, masalah kontrasepsi, dan bahkan tentang poligami.
Karena itulah, buku ini patut untuk dimiliki dan dibaca setiap pasangan suami-istri, bukan sekadar untuk menikmati “keindahan hidup” dalam ikatan sakral pernikahan, melainkan juga agar suami-istri tidak terjerumus hal-hal yang dilarang syariat Islam dan dapat merengkuh kenikmatan seks dalam rangka sedekah dan ibadah. (n mursidi)
Padahal seks itu –pada hakekatnya-- adalah hal alamiah yang dianugrahkan Allah pada setiap umat manusia sejak ia lahir demi kelangsungan hidupnya. Maka, mau tidak mau, seks harus diakui sebagai bagian inherent manusia yang tidak bisa dinafikan dan dimungkri keberadaannya. Lantas, bagaimanakah Islam (sesuai aturan yang telah ditetapkan al-Qur`an dan hadits) melihat persoalan seks?
Islam ternyata memandang seks dengan pandangan lain. Tidak seperti beberapa agama lain (seperti Kristen dan Budha) atau aliran filsafat tertentu, Islam --tulis Majida Tufail dalam buku Panduan Seks Islami ini-- tidak memandang seks sebagai syahwat daging yang penuh dosa dan karena itu jiwa harus menundukkannya. Islam menganggap seks sebagai suatu hal yang suci, fitrah dari setiap manusia dan bahkan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Karena, jika “seks” dipraktekkan dalam kerangka yang sesuai dengan syaraiat Islam, tentu sepasang suami-istri bukan semata-mata untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan seksual melainkan juga mendapat pahala dari Allah.
Kenapa? Karena seks dalam ikatan pernikahan dipandang Islam sebagai wujud sedekah dan juga ibadah. Seperti diungkapkan oleh Rasulullah, bahwa “dalam hubungan yang dilakukan oleh pasangan yang sah, ada sedekah”. Bahkan dalam satu hadits lain, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa ingin melihat Allah dalam kesucian, hendaklah dia menemui-Nya dengan istrinya. Tetapi jika seks itu dipraktekkan di luar ikatan pernikahan, Islam (QS. al-Isra` [17]: 32) jelas-jelas akan mengutuk karena hal itu termasuk perbuatan zina yang dilarang ajaran Islam.
Meski Islam menganggap seks sebagai hal yang suci, tetapi ada adab dan aturan yang tak bisa dilanggar. Islam menganjurkan pasangan tidak sampai mempraktekkan seks a la binatang, melainkan seks yang me”manusia”kan setiap pasangan. Karena itu, nabi bersabda “Janganlah di antara kalian mendatangi istrinya seperti binatang. Adalah lebih patut baginya untuk mengirimkan pesan sebelum melakukannya.” (HR Dailami).
Jadi Islam menganjurkan seks dalam koridor untuk “memanusiakan”, bukan seks yang merendahkan derajat manusia. Karena itulah, Islam melarang suami mendatangi istrinya yang sedang menstruasi.
Buku ini boleh dikata cukup lengkap mengupas persoalan seputar seks dilihat dari sudut pandang ajaran Islam sesuai dengan al-Qur`an dan hadits. Tak salah jika buku ini juga mengupas adab bersetubuh, hukum masturbasi, hokum oral seks, hokum anal seks, pesoalan aborsi, inces, masalah kontrasepsi, dan bahkan tentang poligami.
Karena itulah, buku ini patut untuk dimiliki dan dibaca setiap pasangan suami-istri, bukan sekadar untuk menikmati “keindahan hidup” dalam ikatan sakral pernikahan, melainkan juga agar suami-istri tidak terjerumus hal-hal yang dilarang syariat Islam dan dapat merengkuh kenikmatan seks dalam rangka sedekah dan ibadah. (n mursidi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar