Jumat, 19 Agustus 2005

pandangan haidar baqir tentang majalah hidayah

majalah hidayah edisi 49 agustus 2005

Saya mengenal majalah Hidayah sudah lama, mungkin sudah lebih 2 tahun, meski tidak membaca secara rutin.

Pada prinsipnya, media itu memiliki efek besar terhadap masyarakat. Dan, selama media tersebut memiliki pengaruh positif, ya bagus-bagus saja. Ada nilai-nilai manfaat yang bisa diambil oleh pembaca dari, misalnya, kisah-kisah yang diceritakan majalah Hidayah, dalam bentuk pelajaran-pelajaran (i'tibar) atau hikmah di balik peristiwa tersebut. Juga, dalam menambah keimanan pembaca kepada Allah.

Akan tetapi, yang perlu dicatat adalah harus ada keseimbangan antara tujuan yang baik, dan cara yang baik pula. Kisah-kisah di majalah Hidayah (juga tayangan-tayangan model sinetron Rahasia Ilahi yang kisah-kisahnya) supaya obyektif harus diverifikasi. Apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam? Misalnya, Allah memang sudah menjanjikan azab bagi mereka yang zhalim dan bergelimang dosa. Akan tetapi, harus diingat pula bahwa Allah juga memiliki sifat Rahman-Rahiim. Jangan sampai kemudian timbul kesan yang tidak proporsional bahwa Allah itu Zat yang semata-mata Pendendam dan menakutkan.

Selain itu, perlu pula dipertimbangkan untuk menyajikan nalar kejadian-kejadian tersebut. Baik berdasar prinsip rasional biasa maupun logika ajaran Islam. Dengan demikian, diharapkan majalah Hidayah nantinya, selain menyajikan kisah-kisah yang bisa diambil i'tibar dan hikmahnya, juga memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan yang pas tentang Islam kepada para pembacanya.

Usul saya, "rubrik tasawuf" lebih baiknya diisi dengan model tasawuf positif yang tidak hanya menampilkan nilai-nilai spiritualitas saja, melainkan juga mendorong kemajuan umat Islam di bidang ekonomi, politik, budaya dan lain sebagai. ***


Tidak ada komentar: