Sabtu, 05 Mei 2007

peran aa jimi membuatku harus belajar agama

majalah hidayah edisi 70 mei 2007

Lelaki satu ini memang bukanlah seorang da`i. Tetapi ketika dia muncul di layar kaca sebagai “Aa Jimi” dengan memakai sorban, baju koko yang cukup identik dengan atribut kebesaran seorang da`i, nyaris pemirsa televisi di tanah air pasti akan mengira sosok satu ini sebagai seorang juru dakwah.

Apalagi, dia dianugrahi suara yang nyaris mirip dengan sang da`i yang ia perankan, maka pemirsa dibuat terheran dan terhenyak, karena penampilan dan suaranya mirip sekali dengan dai yang sudah dikenal luas dan tak asing lagi di hati umat, yakni Aa Gym (KH. Abdullah Gymanstiar).

Itulah peran yang selama ini disandang oleh Heriyanto atau yang lebih dikenal dengan sebutan Argo “Jaka Baret”. "Padahal yang lebih mirip Aa Gym itu sebenarnya kakak ipar saya, bukannya saya. Saya hanya kebetulan saja memiliki suara yang mirip dengan Aa Gym," celetuknya. Kendati Argo sendiri menepis bahwa wajahnya "tidak mirip" dengan Aa Gym, yang pasti peran yang dimainkannya sebagai “Aa Jimi” dalam sejumlah acara di televisi membuat putra bungsu dari pasangan Ruhana dan Suryati ini harus pandai-pandai membagi waktu, antara karier dan kuliah (belajar). Maklumlah, selain sebagai selebritis, Argo juga masih tercatat sebagai mahasiswa jurusan Karawitan STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Bandung. Hal itulah yang membuat ia harus bolak-balik Jakarta-Bandung.

Apakah suara Aa Jimi benar-benar mirip dengan Aa Gym? Hidayah sendiri saat bertemu Argo --yang ketika itu ditemani oleh managernya Mas Tias— di sebuah kafe di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan (07/03) nyaris terheran-heran, terlebih lagi setelah mendengar suara laki-laki kelahiran Bandung 23 tahun lalu ini tidak keberatan untuk diwawancarai dan bercerita dengan panjang lebar seputar perjalanan hidupnya sampai mendapatkan peran sebagai Aa Jimi, sosok peniru Aa Gym.

Bermula dari "Jaka Baret"
Memang, belum genap satu tahun lelaki ini terjun di dunia entertainment. Tetapi dalam waktu yang bisa dikatakan masih seumur jagung itu ternyata ia mampu tampil memikat dan menarik perhatian. Maklum, lelaki kelahiran Bandung ini memiliki wajah serta suara yang mirip sekali dengan Aa Gym, seorang da`i yang dia perankan sehingga tawaran main sinetron dan lawakan yang dimasudkan untuk menarik perhatian kerap kali mengundangnya untuk tampil di layar kaca.

Jalan Argo atau Heriyanto jadi artis atau tokoh peniru Aa Gym ternyata tidak turun begitu saja dari langit. Sebelum tampil di layar kaca memerankan Aa Jimi yang membuatnya dikenal luas, Argo bersama dua orang temannya sudah membentuk group lawak yang diberi nama Trio Minor tahun 2002. Group Trio Minor ini sendiri memang tidak sepenuhnya komedi, atau lawakan tetapi diselingi dengan musikalisasi dan lagu. Di bawah naungan Trio Minor itulah, Argo seringkali mentas di Kampus STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) dan kadang-kadang juga diundang untuk mengisi acara di luar kampus.

Selain melawak, Argo sendiri juga dikenal sebagai MC (pembawa acara). Tahu kalau ketenaran Trio Minor hanya sebatas di kota Bandung dan sekitarnya, maka Argo pun berniat 'menjajal' kemampuan melawak yang dia miliki ke Jakarta. Maka, tatkala mendapatkan “kabar” dari seorang temannya yang bergabung dalam kelompok Oseng Percussion kalau di Jakarta ada kasting Jaka Baret, Argo lantas mendaftarkan diri untuk menguji kemampuan, ikut kasting Jaka Baret (bulan Mei 2006). Saat kasting tiba, Argo pun harus berjuang sekuat tenaga. Dengan kata lain, ia mencurahkan segala daya dan kemampuan aktingnya, tapi sialnya, lawakan yang ia bawakan itu ternyata tak mampu membuat tim Jaka Baret tertawa. Bahkan, Argo sempat diminta berhenti melawak.

Tetapi, di balik akting Argo itu, terlebih dari suara yang ia miliki, justru menarik perhatian orang. "Awalnya, saya dikasih naskah. Ada beberapa peran tetapi itu lawakan atau komedi, tidak ada keinginan untuk menjadi Aa Jimi. Tetapi, entah kenapa tiba-tiba ada peran Jakalah Hati --temannya Jaka Tarub. Nah, Jakalah hati itu dimaksudkan untuk menjadi ustadz, tapi tidak untuk menirukan Aa Gym. Tiba-tiba saya ikutan dan karena suara saya seperti Aa Gym sepertinya saya menarik perhatian."

Suara Argo yang dianggap mirip dengan Aa gym itu memang bukan hal yang mengagetkan bagi Argo sendiri. Sebab sebelum menjalani kasting, sewaktu pertama kali masuk kuliah di STSI Bandung, kakak senior Argo justru lebih dahulu membuatnya penasaran. "Saat itu kebetulan saya sedang ikut acara inagurasi di kampus. Eh, tiba-tiba ada kakak kelas saya yang nyeletuk. ‘Ada Aa Gym!’ Kontan saja, saya celingukan. Mana Aa Gym? tanya saya. Eh kakak kelas saya itu malah tertawa. Anehnya dengan santainya ia menjawab bahwa suara saya itulah yang dia anggap mirip Aa Gym," cerita Argo.

"Celetukan kakak kelas saya itu saya anggap angin lalu. Saya kira, kakak kelas saya itu hanya iseng atau meledek saya belaka. Eh, ternyata setelah peristiwa itu setiap kali ia bertemu dengan saya, selalu ngomong bahwa saya ini mirip Aa Gym sehingga saya pun penasaran. Saya merekam suara saya dengan gaya menirukan ceramah Aa Gym. Saya tidak perlu belajar, karena saya sudah sering mendengar tausyiah Aa Gym. Setelah saya mendengar hasil rekaman itu, saya kaget, karena apa yang dikatakan kakak kelas saya itu tak salah," lanjut Argo mengenang awal kali ia mengenali suaranya yang mirip Aa Gym.

Setelah menjalani kasting, tak lama kemudian, ia mendapat panggilan dan diberi tahu sebagai pemain Jaka Baret. Argo pun bangga tetapi kebanggaan itu ternyata diikuti dengan perasaan cemas karena perannya sebagai Jakalah Hati, tak lebih sebagai tiruan Aa Gym. “Saya sempat tidak mau. Saya takut jika ada pihak yang tersinggung terlebih lagi Aa Gym. Pikiran saya takut bagaimana jika Aa Gym melihat dan kemudian marah? Mungkin Aa Gym tidak marah, saya justru takut dengan santrinya? Tetapi, setelah saya lihat dalam peran itu tidak menyinggung soal agama, hanya pesan-pesan moral saja, akhirnya saya menerimanya. Apalagi ini hanya parodi, karena saya tidak membawakan tausyiah sekadar menyampaikan pesan-pesan moral saja! Akhirnya saya terima meski pada awalnya dihinggapi dengan perasaan yang tak karuan karena takut."

Dari peran Jakalah Hati di Jaka Baret itu, tidak bisa ditepis kalau Argo langsung meroket dikenal luas sebab identik sebagai sosok tiruan Aa Gym. Sebagai ibasnya, Argo pun sering muncul di layar kaca. Kendati demikian, beban menirukan Aa Gym itu tetap menghantui Argo selama dia belum mendapatkan restu dari Aa gym. Maka, Argo pun kemudian memberanikan diri berkunjung ke rumah Aa Gym untuk minta restu. "Ketika saya datang ke Daarut Tauhid, saat itu lagi pengajian dan saya memakai pakaian biasa. Saya meminta ijin untuk bertemu dengan Aa Gym. Sebelum bertemu itu, saya sempat gemetar, pucat dan dihantui perasaan takut kalau Aa Gym tidak berkenan"

Tetapi adanya perasaan takut dan cemas itu, tiba-tiba berubah drastis setelah Argo diterima bertemu dengan Aa Gym. Apalagi Aa Gym menyambut dengan baik dan berpesan, “Aa sih ikhlas-ikhlas aja,” katanya menirukan pesan dari Aa Gym. “Beliau berpesan agar saya bisa menjaga omongan. Ya.., jangan sampai menimbulkan fitnah dan melecehkan!" lanjut Argo lagi.

Lebih unik lagi, rasa takut Argo ternyata tidak menjadi kenyataan. Sebab setelah bertemu dengan Aa Gym itu, Argo langsung memakai baju koko dan sorban yang biasa dipakai sebagai kostum akting di layar kaca, "Setelah memakai sorban, kontan banyak santri-santri Aa Gym di pondok Daarut Tauhid yang tahu dan mereka ternyata tidak marah justru mendukung dan bahkan mendoakan, mudah-mudahan saya ini menjadi regenerasinya Aa Gym," kisahnya dengan mantap.

Setelah bertemu dengan Aa Gym, Heriyanto atau Argo “Jaka Baret” tak ragu lagi menapaki jalan terjal dunia entertainment. Setelah memerankan Jakalah Hati di opera "Jaka Baret" (SCTV) Argo yang lebih dikenal sebagai “sosok tiriun Aa Gym” itu selalu tampil menghibur pemirsa di layar kaca, di antaranya dalam Sana Sini Sahur (SCTV), Sana Sini Senang (SCTV) dan sejumlah acara hiburan, komedi atau lawak. Belakangan ini, Argo bahkan terlibat sinetron Jomblo (RCTI) dan acara lawak Capeek Deh! (Indosiar).

Argo Aa Jimi memang tiruan dari Aa Gym. Kelebihan Argo karena dia memiliki intonasi suara yang nyaris membuat orang sulit membedakan dan karena itu orang bisa berdecak kagum dan terheran-heran. Hal ini bisa dipahami, karena ia bisa dengan lihai meniru suara Aa Gym. Tetapi bukan berarti semua gaya Aa Gym bisa ditiru oleh Argo Aa Jimi. Satu hal yang menurutnya tidak bisa ditirukan adalah soal penjiwaan. "Ketika saya mengikuti pengajian Aa Gym, saya heran kenapa orang-orang yang mendengarkan tausyiah beliau itu bisa hanyut dan seakan di hati saya sendiri pun merasakan suatu ketentraman. Apalagi kalau Aa Gym sudah memanjatkan doa, hampir seluruh jama`ah yang ikut pengajian Aa Gym bisa menitikkan air mata. Nah penjiwaan itulah yang tidak bisa saya tiru. Saya tidak bisa membuat pemirsa bisa menitikkan air mata sebagaimana tausyiah dan doa yang dipanjatkan oleh Aa Gym," ujar Argo tentang sulitnya menjiwai Aa Gym.

Belum Terpikir Menjadi Da`i
Masa kecil Heriyanto yang akrab dipanggil Argo ini memang tidak jauh dari kehidupan religius. Maklum, latar belakang keluarga Argo berasal dari keluarga yang dekat dengan agama. Tak salah lagi, kalau sejak kecil Argo sudah dididik pendidikan agama. “Kalau soal pendidikan agama, saya tidak kurang-kurang diberi oleh orangtua,” terang Argo.

Argo masih ingat betul. Pendidikan agama yang diterimanya berlangsung sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar. “Ketika masih SD dahulu, setiap pulang dari sekolah saya langsung pulang ke rumah karena mendapat “tugas” mengumandangkan azan Dhuhur,” kenangnya.

Di samping itu, lingkungan tempat tinggal Argo di Bandung sendiri dikelilingi keluarga-keluarga yang agamis, sehingga semua itu mendukung Argo menjadi sosok kecil yang cukup dekat dengan agama. “Kebetulan sekali rumah saya itu dekat dengan Masjid. Dan di depan rumah saya itu adalah rumah guru ngaji saya sehingga di tempat guru ngaji saya itu sering berkumpul santri walau tidak cukup banyak. Jadi, saya sering bergaul dan dikelilingi santri-santri,” ujar Argo.

Karena itulah, sewaktu kecil Argo sudah kerap menghadiri pengajian-pengajian yang diadakan di tempat lain. Hal itulah yang membuat Argo tidak asing dengan sosok Aa Gym, bahkan sewaktu Aa Gym belum dikenal luas, Argo sudah pernah mengikuti pengajian Aa Gym. “Aa Gym pernah berceramah di daerah tempat tinggal saya. Saat itu Aa Gym masih belum terkenal seperti sekarang,” terang Argo. “Mungkin itu awal mula saya tertarik dengan Aa Gym. Saya tertarik dari namanya, Abdullah Gymnastiar. Unik menurut saya,” lanjutnya. Selain itu, Argo mengaku sering mengikuti pengajian di Ponpes Daarut Tauhid. Hanya saja, ia tidak menyangka bahwa suatu saat dirinya akan menjadi tiruan dari Aa Gym.

Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Argo melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) yang membawanya berkelana, membuka diri dengan dunia luar seluas-luasnya. Ia pun kemudian melanjutkan ke SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia).

Memang, di sekolah ini nyaris tak bersentuhan dengan dunia peran, atau teater tapi Argo adalah orang yang mau terus belajar, termasuk seni peran. "Memang gak ada hubungannya dengan teater atau peran. Bahkan dari orangtua saya juga tidak ada basic seni peran. Kalau kemudian saya bisa memerankan tokoh Aa Jimi, itu tidak terlepas dari ketekunan saya untuk mencoba-coba saja. Kalau saya sering melihat, dan merasa bisa menirukan maka saya mencobanya. Ada perasaan penasaran, kalau tertarik, ya dicoba. Kalau tidak bisa, ya… ditinggal. Kalau bisa diteruskan!" ujarnya soal bakat seni peran yang ia miliki.

Lulus SMKI, Argo melanjutkan ke STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia). Hingga kini, ia masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir meski kesibukan dunia acting dan shooting sempat membuatnya cuti pada semester tahun lalu.

Apakah setelah menjadi Aa Jimi, Argo ingin menjadi dai? Ternyata menjadi dai itu bukan perkara mudah. Meskipun Argo sering tampil dengan memakai sorban, toh itu membuat ia belum mampu untuk menjadi dai. "Untuk menjadi juru dakwah, sampai sekarang ini masih belum ada. Kalau mempelajari agama masih terus, ya namanya juga manusia yang harus terus belajar (agama). Yang jelas, peran Aa Jimi membuatku harus belajar agama!”

Ingin Jadi Diri Sendiri
Argo tahu Aa Jimi adalah sosok tiruan dari Aa Gym. Hal itu tidak dapat ditepis bahwa cepat atau lambat, peran Aa Jimi itu pasti akan punya masanya sendiri. Artinya, masa keemasan itu suatu saat nanti pasti akan menemui ketidaktenaran lagi. Argo tahu tentang peran sebagai Aa Jimi itu yang tentu tak akan bertahan lama. Dengan kata lain, Aa Jimi itu tentu tak akan selamanya bertahan. Oleh karena itu, suatu saat nanti, semua pasti akan berakhir. Lantas apa yang akan dilakukan Argo dalam menghadapi hal itu?

"Saya sudah mempersiapkan itu dari sekarang. Saya juga tahu kalau peran Aa Jimi itu tidak bakal bertahan lama. Pasti punya waktu, pasti memiliki masanya sendiri. Maka, sejak sekarang saya juga mulai ikut dengan Bang Kiwil. Ini tidak lain juga berkat saran dari Bang Kiwil yang menasehati saya untuk cepat keluar dari peran yang selama ini saya bawakan," jelasnya.

Tetapi Argo belum tahu peran apakah yang akan dia pilih. Dengan kata lain, dia memang tetap akan di dunia intertainment, entah menjadi komedian atau apa. Hanya saya, untuk anti-sipasi pertama, dia ingin melepas dahulu stigma orang tentang dirinya yang identik dengan Aa Jimi.

“Perannya sih tidak terlalu berubah total, yang jelas saya sudah mulai perlahan-lahan mau melepaskan sosok Aa Jimi. Saya ingin melepaskan atribut dulu, seperti baju koko, sorban dan kaca mata. Itu dulu! Biar orang tida kaget. Yang jelas, saya ingin jadi diri saya sendiri!“ jawabnya untuk peran di masa mendatang.

Pilihan Argo untuk menjadi diri sendiri itu, memang tidak salah! Setenar apapun dan seterkenal apapun di mana-mana, tapi kalau masih di bawah bayang-bayang orang yang selalu diperankan, itu memang serba salah. Karena itulah, kita tunggu peran apa yang akan dipilih oleh Argo sebagai dirinya sendiri? (n. mursidi)

Tidak ada komentar: