Selasa, 01 Mei 2007

shalat subuh itu mencegah berbagai penyakit

majalah hidayah edisi 70 mei 2007

Kaum muslim cenderung ‘menganak tirikan’ shalat shubuh jika mau dibandingkan dengan shalat fardhu yang lain. Fakta ini bisa dilihat dari jumlah jama`ah shalat shubuh di masjid yang senantiasa hanya beberapa shaf. Sedang dalam shalat maghrib, jama`ah jauh lebih membludak. Padahal kalau kaum muslim tahu keistemawaan di balik shalat shubuh, niscaya akan berbondong-bondong mendatangi masjid. Nah, dalam edisi kali ini, Hidayah mewawancarai Muhammad Jihad Akbar, penulis buku Meraih Mukjizat Shalat Shubuh Bersama Rasulullah SAW (2006).

Apa sebenarnya keistimewaan shalat shubuh, sehingga Anda menganggap di balik shalat shubuh itu ada sebuah mukjizat yang tidak terkira?

Keistimewaan shalat shubuh itu sangat banyak dan mencakup “berbagai aspek”. Oleh karena itu, saya menganggap shalat shubuh itu ‘layak’ untuk dikatakan memiliki ‘mukjizat. Dalam kaitannya keistimewaan shalat shubuh ini (seperti yang saya jelaskan di buku Meraih Mukjizat Shalat Shubuh Bersama Rasulullah SAW), saya membagi dalam 3 poin penting.

Pertama, ditinjau dari aspek ajaran agama, dapat dijelaskan bahwa shalat shubuh itu memiliki keistimewaan yang sungguh luar biasa, antara lain; karena “shalat shubuh itu disaksikan langsung oleh malaikat malam dan siang (HR. al-Bukhari dan Muslim); “manifestasi kemenangan melawan setan” (HR. An-Nasa’i); juga “mendapatkan pahala laksana ibadah satu malam” (HR Muslim), “dosa-dosa akan diampuni (HR Al-Baihaqi); “selamat dari jilatan api neraka” (HR Muslim); “mendapatkan pahala yang sepadan haji dan umrah” (HR. At-Thabrani); dan lain sebagainya.

Kedua, keistimewaan shalat shubuh ditinjau dari aspeks kesehatan, kurang lebih dapat mencegah berbagai penyakit tanpa rasa sakit. Ketiga, dari aspek (segi) keimanan, shalat shubuh itu dapat mempertebal keimanan, karena memperbanyak amalan ibadah dengan ikhlas akan berbanding lurus dengan peningkatan keimanan

Apa Anda memiliki sebuah ‘pengalaman unik’ yang berkaitan dengan keistimewaan shalat shubuh?

Selama tiga tahun terakhir ini, saya sering menemani teman saya atau anggota keluarga saya yang kebetulan dirawat (inap) di rumah sakit, yang antara lain, akibat penyakit tifus, demam berdarah, jantung, dan stroke atau hipertensi. Ada satu hal yang menjadi perhatian saya, yaitu pasien tersebut biasanya “diukur” tekanan darahnya di waktu shubuh. Ada juga yang darahnya diambil pada waktu tersebut guna dianalisa di laboratorium.

Usut punya usut, ternyata rahasia di balik itu terjawab ketika saya mendalami rahasia di balik shalat shubuh ditinjau dari ilmu kesehatan. Lebih jelasnya, hal itu bukan berkaitan dengan jadwal pengukuran atau pengambilan darah semata, melainkan ada analisis kedokteran yang mendukung hal tersebut. Sebab pada waktu shubuh sampai pagi hari menjelang siang itu, tekanan darah di tubuh manusia cenderung meningkat dan pembuluh darah menyempit. Hal ini bisa menjadi pemicu kuat penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi) dan stroke. Celakanya, hal ini terjadi setiap hari, karena sudah menjadi siklus (ritme circardian). Dengan kata lain, setiap orang itu punya kecendrungan berpenyakit hipertensi dan stroke.

Astaghfirullah, bagaimana ini? Tetapi tenang, sebab Allah Swt Maha Rahman. Dia telah menyiapkan penangkal alami, yaitu seseorang yang banyak bergerak itu dapat mengurangi penyempitan pembuluh darah dan bisa menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, olahraga di pagi buta amatlah baik. Hal ini clinically improved (teruji secara klinis). Nah, bagi yang tidak sempat berolahraga perbanyaklah bergerak dengan bangun pada waktu shubuh; berwudhu lalu pergi atau berjalan ke masjid guna menjalankan shalat shubuh berjamaah. Sebelum shalat shubuh, juga telah dianjurkan shalat sunnah tahiyatul masjid dan shalat sunnah fajar (qabliyah shubuh).

Lantas bagaimana fenomena shalat shubuh di jaman nabi dahulu?

Masa Nabi Muhammad SAW dahulu merupakan sebaik-baiknya generasi Islam (peringkat pertama). Peringkat kedua adalah pada masa kepemimpinan para sahabat beliau, dan seterusnya. Maka dari itu, pelaksanaan shalat shubuh pada masa Nabi SAW amat berbeda dengan masa sekarang. Masjid Nabawi penuh sesak dengan para sahabat yang hendak melaksanakan shalat shubuh berjamaah. Mereka tidak bangun pas adzan itu dikumandangkan, tetapi mereka menjemput shalat shubuh pada sepertiga malam terakhir dengan melaksanakan shalat Tahajud dan witir terlebih dahulu.

Selain itu, Rasul juga sering menge-chek para sahabat setelah melaksanakan shalat shubuh dengan menoleh ke arah makmum, untuk melihat di mana (keberadaan) para sahabat itu berada. Apabila beliau tidak mendapati seorang shahabat berada di masjid, beliau lalu mempertanyakannya. Jika dia itu tidak ikut berjamaah karena sakit, maka beliau akan menjenguk dan mendoakannya, dan jika bukan karena sakit, maka beliau mempertanyakan keimanannya. Demikianlah keindahan fenomena pelaksanaan shalat shubuh pada masa Nabi.

Adakah korelasi mentalitas dalam menjalani hidup dari orang yang rajin menjalani shalat subuh berjamaah?

Ada. Hal tersebut ditegaskan langsung oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ra. bahwa beliau bersabda: “Seetan mengikat tekuk kepala kalian dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatan setan membisikan,’Tidurlah, malam masih panjang’. Apabila dia bangun, lalu berdzikir kepada Allah SWT, maka terpelaslah ikatan itu. Jika dia berwudhu, maka lepaslah ikatan yang kedua. Kemudian apabila dia shalat, maka lepaslah ikatan yang ketiga. Sehingga pada pagi itu dia menjadi semangat. Tetapi kalau dia tidak bangun, maka pada pagi itu jiwanya akan terpuruk dan malas.” (HR.an-Nasa’i).

Sabda Nabi itu merupakan wahyu dari Allah Swt. Jadi, pernyataan dalam hadis itu adalah penyataan Allah Swt yang menjamin akan hal tersebut. Permasalahannya adalah sebagian di antara kita beranggapan bahwa bangun tidur pada saat masih gelap gulita (waktu shubuh) akan membuat tubuh kita lemas dan kepala pusing. Untuk itu, maka rubahlah pola pikir tersebut, perbanyaklah bergerak pada waktu shubuh, niscaya keistimewaan shubuh itu akan dicapai.

Apa menurut Anda shalat shubuh itu bisa membuka jalan rizeki?

Seperti halnya jodoh dan ajal, rizki itu sudah ditentukan oleh Allah Swt. Tetapi, seseorang itu diharuskan untuk berusaha/‘menjemput rezki itu’. Semakin besar usaha yang dilakukan itu, maka akan semakin besar kemungkinan mendapatkan rizeki yang banyak. Tapi jangan lupa sertakanlah doa dan ibadah di dalamnya (ora et labora), sebab doa dan ibadah juga bisa menjadi faktor ‘penghasil rizki. Oleh karena itu, lantunkanlah segenap permohonan kepada Allah setelah shalat Shubuh, kemudian ikuti dengan aksi.

Apa pesan di balik shalat shubuh yang dikenarjakan di waktu gelap gulita itu?

Pesan pertama, shalat subuh itu menjadi awal langkah hidup seseorang di setiap hari. Itu menjadi bukti bahwa ibadah kepada Allah SWT itu harus didahulukan, karena manusia diciptakan oleh-Nya semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Pesan kedua, dari shalat shubuh itu, ruh ibadah menjelma pada setiap kegiatan yang akan dilakukan sehingga Allah senantiasa membimbing ke “jalan yang benar” dan juga memudahkan mencapai kesuksesan. Pesan ketiga, “shalat shubuh yang dikerjkan tepat waktu” pastilah dilakukan tatkala langit masih gelap. Nah ini menandakan bahwa apa yang dilakukan, baik yang terlihat orang lain atau yang tidak, Allah pastilah tahu. Di sini menjadi bukti iman seseorang, beramal/beribadah itu bukan karena dilihat orang, melainkan karena Allah. (n. mursidi)

Tidak ada komentar: