Jumat, 02 Februari 2007

perjuangan nabi yahya as

tulisan kisah Qur`an ini dimuat di majalah hidayah edisi 67 februari 2007

Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam [19]: 15).

Tidak ada yang tidak mungkin atau mustahil bagi Allah. Karena itu, Allah tidak mengalami kesulitan jika hanya mendatangkan buah-buahan yang tumbuh pada musim dingin kepada Maryam meski saat itu lagi musim panas. Juga, Allah tidak mengalami kesulitan sedikit pun menciptakan Zakaria dan seluruh umat manusia lahir ke dunia. Allah Maha Kuasa. Allah memberi siapa pun yang Dia kehendaki tanpa perhitungan

Demikanlah keyakinan nabi Zakaria atas kekuasaan Allah. Makanya, ketika dia belum dikarunia seorang anak padahal sudah amat udzur dan istrinya, Elizabeth juga dalam keadaan mandul, Zakaria tetap tidak putus asa. Dia tetap berharap kelahiran seorang anak sebab untuk meneruskan perjuangan dan pewaris (masalah pengetahuan) dalam mengemban misi dakwah.

Karena itu, pada suatu hari Zakaria bermunajat dalam hening waktu di sebuah mighrab. Tapi kali ini, Zakaria benar-benar berharap dan meminta kepada Allah. Maka dengan lemah lembut dan khitmat, dia memanjatkan doa, “Ya, Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS. Ali `Imron [3]: 38)

Kabar Gembira
Usai berdoa, tiba-tiba mighrab tempat Zakaria berdoa dipenuhi dengan cahaya. Allah mendengar doa Zakaria, doa seorang nabi yang tak pernah kecewa dalam berdoa dan menjawab -–lewat perantara malaikat Jibril-- doa Zakaria, “Sesungguhnya Allah menggemberikan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu) dan seorang Nabi dari keturunan orang-orang saleh. (QS. Ali `Imron [3]: 39).

Zakaria berharap memiliki anak yang baik, seorang anak lelaki seperti Maryam yang memiliki kesucian, kejujuran dan keimanan. Dan harapan nabi Zakaria itu sudah mendapat jawaban. Tapi, Zakaria masih diliputi sejuta rasa heran. Maka, ia bertanya untuk meneguhkan setangkup dari rasa yakin yang ada di dada, “Bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?”

Malaikat menjawab, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya” (QS. Ali Imron [3]: 40).

Zakaria bertanya lagi, “Bagaimana aku akan mengetahui Allah telah memberiku Yahya?” Malaikat kemudian menjawab, “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata kepada manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbih di waktu petang dan pagi hari (QS. Ali Imron [3]: 41).

Malam tiba, hari pun jadi gelap. Zakaria merasa bahwa lidahnya sekering kayu. Ia tak bisa bicara. Lalu, ia bersujud kepada Allah SWT karena Allah telah memberikan kepadanya seorang anak lelaki. Maka, ia bersyukur.

Zakaria kemudian keluar dari mighrab. Ia ingin menasehati kaumnya, dan ingin mengatakan pada mereka sebuah nasehat, “Jangan lupakan Allah. Bersujudlah kalian kepada Allah. Dan sebutlah nama-Nya sesering mungkin.” Tapi, nabi Zakaria tak dapat berbicara, maka dia menunjuk ke langit. Dia ingin mengatakan, “Wahai bani Isra`il, Allah SWT melihat kalian. Wahai kaumku, muliakanlah Allah SWT dan sebutlah nama-Nya.”

Tiga malam berlalu, Zakaria tak mampu berbicara. Pada hari keempat, ia baru bisa bicara, lantas berkata kepada istrinya, “Allah telah memberiku kabar gembira tentang seorang anak laki-laki yang bernama Yahya.”

Wanita yang baik itu gembira, “Oh, Yahya! Sebuah nama yang indah!” Tetapi, istri Zakaria juga heran. Maka, dia bertanya, “Bagaimana aku bisa melahirkan seorang anak laki-laki sementara aku seorang wanita yang mandul?”

Zakaria menjwab, “Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah Maha Mulia, Penguasa seluruh hamba-Nya. Dia berkuasa atas langit dan bumi. Dia menciptakan Adam dari tanah.”

Ketika itu, dapat diceritakan kaum Yahudi merupakan kaum yang keras kepala. Mereka sudah tak lagi berpegang ajaran nabi Musa, lebih mencintai uang daripada apa pun. Juga, mereka hidup dalam kubangan dosa. Dengan alasan itu, Zakaria kemudian ingin membangunkan mereka dengan memohon kepada Allah untuk diberi keturunan guna melanjutkan misi perjuangan menentang kemungkaran. Dan Allah telah memberi kabar gembira pada Zakaria akan kelahiran seorang anak itu. Istri Zakaria yang mandul bisa hamil.

Dibekali Pengetahuan
Akhirnya, anak yang dijanjikan Allah itu pun lahir. Yahya tumbuh remaja tanpa cacat. Bahkan saat Yahya menginjak remaja, Allah membekali pengetahuan tentang kandungan Taurat. Dalam al-Qur`an Allah berfirman, “Hai Yahya, ambillah al-Kitab itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertaqwa dan seorang yang berbakti kepada orangtuanya dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (QS. Maryam [19]: 12-14).

Seiring pertumbuhan Yahya beranjak remaja, Allah menganugerahkan pula rasa belas kasih. Yahya dijaga dari dosa, tumbuh jadi remaja dengan kepribadian matang, tak tercela dan tanpa cacat. Lebih dari itu, Yahya adalah seorang yang bertaqwa, berbakti kepada kedua orangtua dan tidak pula sombong. Yahya memiliki sifat-sifat yang belum pernah disandang manusia sebelumnya. Dia bisa menahan diri sehingga tak sampai terjerumus perbuatan yang dilarang. Yahya tumbuh menakjubkan. Wajahnya bercahaya dan terlihat kekhitmatan seorang nabi. Juga, kelahiran Yahya itu membawa berita gembira tentang risalah kenabian Isa.

Anak-anak seusia Yahya pernah mendatangi Yahya, “Mari kita bermain-main!”

Dengan sopan, Yahya menjawab, “Aku tidak diciptakan untuk bermain-main.”

Yahya ternyata sudah mampu berpikir matang dalam banyak hal saat dia masih kanak-kanak. Dalam benak Yahya, sempat pula terpikir pertanyaan, “Mengapa Maryam membawa bayinya pergi? Mengapa kaum Yahudi menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan kebodohan, penyimpangan dan kejahatan? Mengapa orang-orang kafir Roma menguasai kaumku?”

Yahya menjawab semua pertanyaan itu dengan perkataan, “Semua kejadian ini adalah karena bani Isra`il telah meninggalkan agama yang benar. Karena apa yang datang dari Allah adalah jelas dan lurus, maka janganlah membuatnya bengkok!”

Pada saat itu, raja Roma, Hirodus menguasai Suriah. Raja tersebut seorang penyembah berhala yang jahat. Saudara laki-laki Hirodus memiliki seorang istri yang cantik tapi Hirodus culas mengambil istri saudaranya itu dengan paksa untuk dijadikan sebagai istrinya. Tak seorang pun yang berani menentang Hirodus kecuali Yahya, “Kau tak berhak menikahi istri saudaramu!”

Yahya tidak tinggal diam. Ia menyalahkan Hirodus atas perbuatan jahatnya itu. Hirodus marah dan kemudian memerintahkan kepada pengawalnya untuk menangkap Yahya dan Yahya dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi, jeruji penjara tak membuat Yahya menangis sedih. Yahya juga tak takut sedikitpun kepada mereka. Ia hanya takut pada Allah.

Yahya tidak memohon kepada mereka untuk dibebaskan. Dengan gagah berani tetap bersuara lantang, “Akan datang seseorang yang lebih kuat setelah aku! Rahmat akan mengalahkan para penentang nabi, karena mereka telah menjadi orang-orang yang mementingkan diri sendiri.”

Yahya selalu berkata dengan berani, ”Barangsiapa yang memiliki pakaian, harus memberi mereka yang tidak memiliki pakaian. Dan yang mempunyai makanan haruslah memberi makan kaum miskin. Jangan menindas siapapun! Jangan menfitnah siapapun! Negeri yang dipenuhi jalan setapak! Bunga-bunga lili bermekaran! Mata akan melihat terangnya siang, telinga yang tuli akan terbuka!”

Menentang Hirodus
Suatu hari, Raja Hirodus mengadakan pesta besar. Saat pesta berlangsung itu, para wanita menari-nari. Para lelaki minum anggur. Padahal, keadaan orang miskin di luar istana sungguh mengenaskan. Orang-orang di luar istana banyak yang kelaparan, juga tertindas dan hidup dengan gemetar kerena kedinginan. Tak sedikit rakyat jelata yang berpakaian compang camping, karena mereka didera kemiskinan. Sementara itu, Hirodus justru memakai pakaian yang terbuat dari sutra dan di singgasananya megah dihiasai dengan emas, perak dan batu-batu mulia.

Karena itu, Yahya bersuara lantang untuk mengingatkan Hirodus. Suara Yahya pun dari balik penjara selalu menggema ke seluruh ruangan, “Hirodus, sang penindas, kau tak mempunyai hak untuk menikahi seorang wanita yang telah bersuami.”

Ruangan pesta dipenuhi oleh para perempuan dan lelaki muda. Kemudian para pemain musik mulai memainkan alat-alat musik mereka. Hirodus duduk di singgasana, sambil minum anggur. Sedang istri barunya, duduk di sampingnya. Lalu, wanita muda yang masih cantik dan berpakaian sutra memasuki ruang pesta. Hirodus segera berdiri dan berbicara pada istri barunya, “Anakmu sungguh cantik!”

Wanita itu berkata dengan nada kebencian, “Salumi akan menari untukmu!”

Sang raja bertanya dengan gembira, “Untukku?”

“Ya, untukmu,” jawab wanita itu.

Salumi mendekati sang raja dan berkata dengan cukup genit, “Aku akan menari untukmu!”

Sang Raja berkata, “Aku akan memberikan separo kerajaanku!”

Salumi berkata, “Kabulkanlah apa yang aku inginkan!”

Raja menjawab, “Ya, aku akan mengabulkan apa pun yang kau inginkan!”

Maka Salumi menari. Ia mempesona Hirodus, yang sedang asyik minum anggur. Istri sang raja, yang juga orang Yahudi itu berkata, “Aku akan membawanya pulang ke rumah untukmu dengan arak-arakan.”

Hirodus gembira. Wajahnya berbinar, dengan mata sudah kemerah-merahan.

Salumi lantas mendekatinya, “Kabulkanlah apa yang aku minta!”

Hirodus menjawab, “Mintalah apapun yang kau inginkan! Aku akan memberikan separo kerajaanku!”

Salumi lalu berputar-putar seperti ular, “Aku menginginkan kepala Yahya, anak Zakaria!”

Sang raja kaget dan terpana, “Tidak! Tidak! Mintalah apa pun selain itu! Kalau perlu, aku akan memberikan singgasanaku untukmu!”

Ibunya lalu menengahi, “Yahya tak akan membolehkan kamu menikahi Salumi!”

“Yahya akan mencegahmu untuk melakukan hal ini!” tambah Salumi.

“Ya, benar!” tegas ibunya.

Salumi berkata, “Aku menginginkan Sang Raja mempersembahkan kepala Yahya kepadaku di atas piring perak.”

Syahid
Hirodus kemudian menepukkan tangan, matanya memancarkan kilatan hitam. Musik berhenti. Hirodus berteriak lantang, “Bawa ke mari tawanan itu! Bawa Yahya ke hadapanku!”

Para wanita muda kemudian meninggalkan ruangan pesta. Ruang pesta itu pun mendadak berubah seperti ruang pengadilan yang menakutkan. Pengawal menggiring Yahya yang tubuhnya terikat dan wajahnya bersinar dengan cahaya surgawi masuk ke dalam istana. Wajahnya putih bagaikan awan.

Hirodus berkata, “Aku ingin mengawini wanita ini! Aku penguasa negeri ini!”

Yahya menantang, “Haram bagimu melakukan hal tersebut!

Hirodus berteriak kencang, “Aku akan mengawini anaknya! Aku akan mengawini Salumi!”

Yahya bersuara kencang, “Haram bagimu untuk melakukan hal tersebut. Haram bagi seseorang untuk mengawini yang telah bersuami! Haram bagi seseorang untuk mengawini anak tirinya!”

“Aku akan memenggal kepalamu, sehingga suaramu akan hilang selamanya,” pekik Hirodus. Tetapi, Yahya tak takut dengan ancaman Hirodus, terus berkata dengan suara yang menggetarkan dinding istana, “Haram bagimu untuk melakukan hal itu! Haram bagimu untuk melakukan hal itu!”

Hirodus murka, “Hei algojo, penggal kepalanya!”

Algojo melangkah, dan kemudian memenggal kepala nabi Yahya. Tetapi sesuatu yang menakjubkan terjadi. Kepala nabi Yahya menggelinding ke seluruh ruangan lantai marmer istana, dan bersuara, “Haram bagimu untuk melakukan hal itu! Haram bagimu untuk melakukan hal itu!”

Hirodus dicekam ketakutan, dan ia memerintahkan orang-orangnya mengambil obor untuk memburu kepala sang nabi.

Nabi Yahya pun syahid. Dan sebelum Yahya syahid, dia telah memberikan kabar gembira pada orang-orang bahwa akan datang seorang nabi setelahnya. Yahya adalah orang pertama yang percaya pada kenabian Isa dan ia memberi kabar gembira pada orang-orang tentang kedatangan Isa a.s. Dalam kesyahidan Yahya, Allah SWT berfirman di dalam al-Qur`an, “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkirkan kembali.” (QS. [19]: 15).

Apa hikmah dibalik kisah ini? Pertama, nabi Yahya telah memberikan pelajaran cukup berharga berupa keberanian untuk menentang sang penguasa lalim meski nyawa menjadi taruhan. Kedua, tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Oleh karena itu, jangan sampai berputus asa. Kekuatan doa nabi Zakaria telah menjadi bukti bahwa kekuasaan Allah tak terbatas jika hanya sekadar untuk mendatangkan seorang anak bagi istri yang sedang mandul.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah perjuangan nabi Yahya menentang kemungkaran, meski Yahya meninggal (syahid). (n. mursidi/ disarikan dari Kisah-kisah Terbaik Al-Qur`an, Kamal as-Sayyid, Pustaka Zahra, Jakarta, 2005)


Tidak ada komentar: