"Saya ini bukannya masuk Islam tetapi menjadi orang Islam (muslim--red). Karena kalau masuk itu kesannya seperti ayam yang masuk ke kandang, sehingga nantinya bisa keluar lagi. Juga, kalau dikata masuk Islam itu seakan masih masalah, tetapi kalau sudah menjadi seorang muslim, itu urusan lain." Demikian bantah H. Rustandi tatkala sebagian orang menganggap dia telah masuk Islam sekitar tiga puluh tahun yang lalu.
Maklum, jika laki-laki satu ini tidak sepakat dengan ungkapan orang-orang yang mengatakan dia telah masuk Islam. Karena baginya, sudah tak mungkin akan berpaling lagi dari Islam. Bahkan bagi lelaki kelahiran Cianjur 6 Maret 1948 ini, agama Islam sudah dijadikannya sebagai jalan hidup, Islam the way of life. Juga dengan keyakinan itu, meski sebagian besar orang China dicekam rasa takut akan jatuh miskin dan tak mampu lagi menjalankan bisnis setelah memutuskan menjadi muslim, tapi hal itu ternyata tidak membuat lelaki yang memiliki nama China Tan Peng Huey ini gamang. Dia sama sekali tak takut dengan anggapan itu dan dengan mantap memutuskan untuk menjadi muslim setelah melihat Islam sebagai agama yang indah dan bagus.
Justru, dengan keyakinan kuat yang diilhami dari QS al-Kautsar malah membuat H Rustandi yakin bahwa Allah nanti akan memberi rezeki yang berlimpah. "Saya yakin, Allah akan memberikan rezeki kepada setiap umat manusia," ungkap lelaki ini tatkala ditemui Hidayah di showroom mobil-nya di jalan Siliwangi, Cianjur, Selasa (10/04/07).
Keberanian H Rustandi untuk menjadi seorang muslim dan Allah akan memberi kelancaran rezeki itu pun menjadi kenyataan. Usaha bengkel yang dirintis dan dikelola dengan tekun, akhirnya maju pesat. Bahkan sekarang ini H. Rustandi dikenal sebagai penguasa mobil terkenal, memiliki showroom mobil di kota Cianjur. Padahal, suami dari Lely Sulastri ini dulunya, hanya memiliki “usaha bengkel motor” kecil-kecilan saja.
Berikut ini hasil liputan Hidayah tentang "kisah perjalanan spiritual" yang telah mengubah jalan hidup ayah Muhammad Garita Utama (17 tahun) ini menjadi seorang muslim dan setitik keyakinan yang mengantarkannya menjadi pengusaha mobil sukses dengan keyakinan yang dipelajari dari surat al-Katsar. Bahkan setelah sukses, sekarang menjadikan showroom mobilnya tidak hanya sebagai tempat jual beli mobil belaka, tapi juga tempat pengajian setiap Juma`at pagi dan shalat tarawih di bulan suci Ramadhan.
Terpikat Surat Al-Kautsar
Kalau hidayah Allah sudah datang menghampiri seorang, maka tidak akan lagi ada keraguan setitik pun yang perlu untuk ditakuti. Apalagi, hanya sebuah ketakutan akan jatuh miskin dan tak bisa menjalankan usaha setelah memutuskan untuk menjadi muallaf. Meski anggapan akan jatuh miskin itu cukup kuat diyakini oleh orang China, tapi hal itu tidak membuatku mundur untuk menjadi muslim setelah aku sadar dan tahu bahwa agama Islam merupakan agama yang bagus dan indah. Keindahan agama Islam itu aku temukan setelah aku tersentuh pesan yang terkandung di dalam surat al-Kautsar.
Hidayah yang aku dapatkan dari pesan surat al-Kautsar itu menjadiku tak hanya melihat agama Islam sebagai agama yang bagus dan indah, melainkan juga membuatku yakin akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang pasti memberi rezeki bagi setiap umat manusia. Ceritanya, suatu hari (sekitar tahun 1971), datang orang tua (yang kemudian diketahui bernama pak Ali) ke tempat kerjaku. Orang tua itu datang dengan membawa Juz`amma. Aku tidak tahu, seperti ada kekuatan ghaib yang menggerakkan tanganku, tiba-tiba aku mengambil Juz`amma tersebut dan kubuka-buka isinya. Aku baca halaman dari Juz`amma itu secara sekilas dan tatkala aku membaca --terjemahan dari-- surat al-Kautsar, aku benar-benar tersentak dan juga terperangah akan pesan yang terkandung dalam surat al-Kautsar itu, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
Seketika itulah, aku teringat pesan dari orangtuaku yang selalu menganjurkanku untuk berbuat baik dan berhati-hati. Aku masih ingat dengan pesan orangtuaku, "Bila kamu marah (benci) kepada orang lain, maka kamu akan terputus." Aku pikir-pikir, ternyata falsafah Islam yang terdapat dalam surat al-Kautsar itu tidak beda jauh dengan falsafah orang China. Maka, aku ingin mempelajari lebih jauh kandungan surat al-Kautsar itu dan tidak ada jalan lain kecuali aku ingin memiliki kitab Juz`amma tersebut.
"Ini buat saya saja, ya pak!' mintaku dengan sedikit memaksa.
Jelas orangtua itu kaget dan heran dengan tingkahku. Karena kitab itu adalah Juz`amma, dan aku orang China, maka beliau menjawab pendek, "Jangan!"
Tetapi, keinginanku untuk memiliki Juz`amma itu seperti sudah tak terbendung lagi. Aku pun tak kehilangan akal, "Saya ganti dan tolong bapak nanti beli lagi…"
Orangtua itu pun pada akhirnya mengalah. Ia menyerah dan mau memberikan Juz`amma itu kepadaku.
Akhirnya, dari situ aku pelajari terus kandungan surat al-Kautsar dan dari pesan surat itu, aku yakin bahwa agama Islam itu indah dan bagus. Bahkan, seseorang bisa menjadi kaya dari ayat itu –Allah telah memberikan kenikmatan yang banyak. Maka, orang Islam disuruh mendirikan shalat, juga beramal, beribadah, dan melakukan amar makruf nahi munkar. Hanya sayang, orang Islam sendiri tidak bisa mengendalikan itu!
Setelah aku pelajari, dan aku menemukan kebenaran yang terkandung di dalam surat tersebut, maka enam tahun kemudian (tahun 1977) aku memutuskan untuk jadi muslim. Dengan dituntun oleh Kiai Acep, kini sudah almarhum, aku mengucapkan dua kalimat syahadat. Ada rasa haru yang tak bisa aku ungkapkan, ada rasa bahagia yang tidak bisa aku gambarkan saat itu. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat itu, aku menjadi muslim. Dan karena aku sudah menjadi seorang muslim, maka aku pun harus menjalani konsekuensi yang sudah diwajibkan dalam agama Islam, untuk mendirikan shalat lima waktu, zakat, puasa dan haji (bagi mereka yang mampu). Saat menjalani puasa untuk pertama kalinya, tak terkira kalau aku menemukan “kenikmatan ibadah” yang sungguh luar biasa.
Padahal, sebelum aku menjadi seorang muslim, ketika aku melihat orang yang puasa itu seperti orang yang sedang menyiksa diri sendiri. Bahkan, aku tak segan-segan menyuruh temanku yang lagi menjalani puasa untuk berbuka (makan), "Kenapa kamu puasa segala? Kenapa kamu menyiksa dirimu?"
Tetapi setelah aku menjalani ibadah puasa, aku justru menemukan kenikmatan yang sungguh luar biasa, tidak terkira, merasakan badanku enak, dan juga enteng. Ini bagiku sungguh aneh!
Bisnis Tetap Berkembang
Seiring perjalanan waktu, setelah aku berikrar (memutuskan) untuk menjadi seorang muslim, ternyata Allah tidak membuat usaha yang telah aku rintis jadi bangrut. Justru usaha bengkelku dalam waktu yang singkat maju dan berkembang dengan pesat. Padahal, awalnya aku hanya memiliki usaha bengkel motor kecil-kecilan.
Tanpa aku duga, usaha yang aku rintis (sejak tahun 1969) itu berkembang pesat dan rezeki seperti datang terus. Sekitar tahun 1976, ceritanya, tiba-tiba datang seseorang dari Jakarta yang memberikan kepercayaan kepadaku untuk menawari kerjasama jual beli motor. Padahal, ketika itu aku tidak memiliki modal dan aku hanya punya tempat. Akhirnya, setelah aku menerima kerjasama itu aku dapat bonus dari setiap penjualan sepeda motor. Dari komisi (keuntungan) itu kemudian aku putar-putar terus dan bisa berkembang.
Cobaan dan ujian memang tak bisa dihindari. Setelah aku menjadi muslim, pada 1977, ada cobaan yang harus aku hadapi dengan sabar. Ketika aku harus mengambil barang-barang di toko orang-orang China, aku seperti sudah tak lagi dipandang sebagai orang. Dengan kata lain, sudah dianggap rendah. "Bukan main cobaan itu, aku yang biasa masuk ke toko mau belanja barang yang kurang, biasanya tinggal ambil saja, tapi setelah aku masuk Islam seperti tidak lagi dipercaya. Bayangkan, kalau aku mengambil barang pagi hari, sorenya aja sudah ditagih. Orang-orang China itu sudah menganggap saya rendah karena dianggap telah murtad."
Tapi aku percaya, Allah akan memberi rezeki kepadaku. Aku menjalankan bisnis dengan benar, tak salah dan juga sungguh-sungguh. Dengan kepercayaan bahwa Allah memberi kenikamatan yang banyak, sebagaimana yang dipesankan Allah dalam QS al-Kautsar, maka aku yakin Allah akan memberiku rezeki yang berlimpah. Karena itu, aku tabah dengan cobaan itu.
Akhirnya, tahun 1980, datang lagi kepercayaan orang Jakarta yang manawarkan kerjasama jual beli motor. Bahkan dalam kerjasama ini datang ratusan unit motor dan lebih banyak dari sebelumnya. Ini aneh! Tidak ada rintangan, dan semua berjalan terus sehingga usahaku bisa berkembang pesat seperti ini. Aku merasa rezeki selalu datang saja setiap saat.
Karena sudah dilimpahi rezeki oleh Allah, maka sepuluh tahun setelah aku jadi muslim, aku berniat menunaikan ibadah haji ke tanah suci, untuk menjalankan rukun Islam yang kelima. Tetapi tanpa aku duga, justru ibuku menentang keputusanku untuk naik haji itu dengan habis-habisan. Ibuku marah kepadaku. Ibuku takut kalau nanti aku akan berubah setelah pulang dari tanah suci.
Ini sungguh aneh. Karena sewaktu aku memutuskan untuk jadi muslim, ibuku tidak cukup ektrim atau keras menentangku. Ibuku seakan membiarkan pilihanku jadi seorang muslim karena bagi ibuku, yang penting aku menjadi orang yang baik. Itu saja! Soal agama tidak cukup menjadi perhatian, asal tetap menjadi orang yang baik. Justru saat aku berniat akan berangkat ke Mekkah, ibu tiba-tiba menentangku.
Tetapi, penentangan ibuku itu kuhadapi dengan penjelasan, "Ibu aku tidak bakal berubah dan pilihanku jadi muslim itu, tidak ada masalah asal rezeki-ku selalu datang." Dengan penjelasanku itu ibuku akhirnya dapat memahami. Peran dari ibuku itu pulalah yang kemudian membuatku tidak banyak ditentang oleh pihak dari keluargaku, karena ibu yang menjelaskan pada keluargaku (baik dari pihak ayah atau ibu) ketika mereka berusaha menentangku.
Akhirnya, ibu seperti pembelaku. Ketika keluarga-keluargaku menentangku, ibu menjelaskan dengan sangat masuk akal, "Kalau anakku miskin dan merongrong kalian semua, itu boleh kalian tentang karena menghalangi kalian semua. Tetapi anakku khan tidak merongrong kalian. Maka, kalau ia punya dan tidak merongrong kalian, khan itu tak menghalangi? Selama tidak menggangu kalian, maka tidak usah kalian usil," jawab ibu pada keluargaku yang mempertanyakan keyakinanku. Di sinilah, aku melihat peran penting ibuku yang membuatku tidak banyak penentangan.
Aku pikir, ibuku menyerang keluargaku dengan telak. Dengan kata lain, karena melihat aku kebetulan kaya, maka mereka kemudian tak bisa berbuat banyak. Apalagi dalam masyarakat China dikenal prinsip bahwa, “Saat uangku datang dan aku ini tidak berubah, ya tidak menjadi masalah.”
Ya, tidak banyaknya penentangan dari pihak keluargaku itu karena aku memang tak merongrong mereka. Justru, usahaku semakin berkembang dan maju pesat. Jadi, tak ada rintangan bagi mereka untuk mencegah keyakinanku. Aku juga tidak berubah dan uangku datang menjenguk keluargaku…. Dengan demikian, tak ada lagi yang menjadi masalah.
Meski demikian, aku tak membenci (atau marah) pada mereka. Maka, ini bagiku bisa mendatangkan rezeki yang berlimpah.
Menyebarkan Syiar Islam
Seiring dengan berkembangnya usaha dan bisnis-ku, aku tak memungkiri kalau rezeki-ku ternyata datang terus. Aku pun memiliki kewajiban menolong kepada siapa saja yang membutuhkan. Karena ini berawal dari keyakinanku “bahwa Allah memberi kenikmatan yang banyak dan berlimpah” --sebagaimana yang terkandung dalam QS al-Kautsar-- dan kemudian orang muslim itu diperintahkan untuk mendirikan shalat dan berkurban. Maka, aku tidak mau berpangku tangan. Apalagi dengan keberadaan mualaf yang masih membutuhkan modal dan bantuan, aku berharap besar mereka itu nantinya bisa mandiri dan dengan bekerja sungguh-sungguh menjadi orang yang pada akhirnya akan berkewajiban membayar zakat, bukan yang menerima zakat.
Selain membantu (berkurban), aku juga memiliki kewajiban untuk berdakwah. Sebagai orang Islam, aku berkewajiban untuk berdakwah walaupun itu hanya satu ayat. Juga, karena anjuran untuk saling menasehati ke jalan yang benar. Makanya, sekitar tiga tahun yang lalu aku --bersama istriku-- menyelenggarakan pengajian setiap Jum`at pagi bertempat di showroom mobil yang di hari biasa aku jadikan sebagai tempat usaha. Aku keluarkan beberapa mobil, lantas aku jadikan sebagai tempat pengajian.
Memang, semula aku bersama istriku mengajak orang-orang yang ada di sekitar tempat kami untuk datang ke pengajian, tetapi belakangan ternyata justru datang dari mana-mana dan sekarang ini berjumlah sekitar seratus orang. Padahal, pada awalnya dulu cuma sekitar dua puluh orang saja. Dalam pengajian Jum`at pagi itu, aku sengaja pula mengundang ustadz atau kiai yang berbeda-beda untuk memberikan tausyiah agar jamaah tidak merasa bosan.
Selain digunakan sebagai tempat untuk pengajian Jum`at pagi, setiap bulan suci Ramadhan, showroom tersebut juga digunakan sebagai untuk kegiatan shalat tarawih. Kegiatan kegamaan ini bahkan sudah aku rintis sekitar lima tahun yang lalu dan banyak orang di sekitar yang antusias. Tidak ada harapan dan keinginan lain dengan kegiatan dakwah atau keagamaan itu, selain aku berharap akan terjalin ukhuwah Islamiyah yang kuat dan kokoh. (n mursidi)
Justru, dengan keyakinan kuat yang diilhami dari QS al-Kautsar malah membuat H Rustandi yakin bahwa Allah nanti akan memberi rezeki yang berlimpah. "Saya yakin, Allah akan memberikan rezeki kepada setiap umat manusia," ungkap lelaki ini tatkala ditemui Hidayah di showroom mobil-nya di jalan Siliwangi, Cianjur, Selasa (10/04/07).
Keberanian H Rustandi untuk menjadi seorang muslim dan Allah akan memberi kelancaran rezeki itu pun menjadi kenyataan. Usaha bengkel yang dirintis dan dikelola dengan tekun, akhirnya maju pesat. Bahkan sekarang ini H. Rustandi dikenal sebagai penguasa mobil terkenal, memiliki showroom mobil di kota Cianjur. Padahal, suami dari Lely Sulastri ini dulunya, hanya memiliki “usaha bengkel motor” kecil-kecilan saja.
Berikut ini hasil liputan Hidayah tentang "kisah perjalanan spiritual" yang telah mengubah jalan hidup ayah Muhammad Garita Utama (17 tahun) ini menjadi seorang muslim dan setitik keyakinan yang mengantarkannya menjadi pengusaha mobil sukses dengan keyakinan yang dipelajari dari surat al-Katsar. Bahkan setelah sukses, sekarang menjadikan showroom mobilnya tidak hanya sebagai tempat jual beli mobil belaka, tapi juga tempat pengajian setiap Juma`at pagi dan shalat tarawih di bulan suci Ramadhan.
Terpikat Surat Al-Kautsar
Kalau hidayah Allah sudah datang menghampiri seorang, maka tidak akan lagi ada keraguan setitik pun yang perlu untuk ditakuti. Apalagi, hanya sebuah ketakutan akan jatuh miskin dan tak bisa menjalankan usaha setelah memutuskan untuk menjadi muallaf. Meski anggapan akan jatuh miskin itu cukup kuat diyakini oleh orang China, tapi hal itu tidak membuatku mundur untuk menjadi muslim setelah aku sadar dan tahu bahwa agama Islam merupakan agama yang bagus dan indah. Keindahan agama Islam itu aku temukan setelah aku tersentuh pesan yang terkandung di dalam surat al-Kautsar.
Hidayah yang aku dapatkan dari pesan surat al-Kautsar itu menjadiku tak hanya melihat agama Islam sebagai agama yang bagus dan indah, melainkan juga membuatku yakin akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang pasti memberi rezeki bagi setiap umat manusia. Ceritanya, suatu hari (sekitar tahun 1971), datang orang tua (yang kemudian diketahui bernama pak Ali) ke tempat kerjaku. Orang tua itu datang dengan membawa Juz`amma. Aku tidak tahu, seperti ada kekuatan ghaib yang menggerakkan tanganku, tiba-tiba aku mengambil Juz`amma tersebut dan kubuka-buka isinya. Aku baca halaman dari Juz`amma itu secara sekilas dan tatkala aku membaca --terjemahan dari-- surat al-Kautsar, aku benar-benar tersentak dan juga terperangah akan pesan yang terkandung dalam surat al-Kautsar itu, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
Seketika itulah, aku teringat pesan dari orangtuaku yang selalu menganjurkanku untuk berbuat baik dan berhati-hati. Aku masih ingat dengan pesan orangtuaku, "Bila kamu marah (benci) kepada orang lain, maka kamu akan terputus." Aku pikir-pikir, ternyata falsafah Islam yang terdapat dalam surat al-Kautsar itu tidak beda jauh dengan falsafah orang China. Maka, aku ingin mempelajari lebih jauh kandungan surat al-Kautsar itu dan tidak ada jalan lain kecuali aku ingin memiliki kitab Juz`amma tersebut.
"Ini buat saya saja, ya pak!' mintaku dengan sedikit memaksa.
Jelas orangtua itu kaget dan heran dengan tingkahku. Karena kitab itu adalah Juz`amma, dan aku orang China, maka beliau menjawab pendek, "Jangan!"
Tetapi, keinginanku untuk memiliki Juz`amma itu seperti sudah tak terbendung lagi. Aku pun tak kehilangan akal, "Saya ganti dan tolong bapak nanti beli lagi…"
Orangtua itu pun pada akhirnya mengalah. Ia menyerah dan mau memberikan Juz`amma itu kepadaku.
Akhirnya, dari situ aku pelajari terus kandungan surat al-Kautsar dan dari pesan surat itu, aku yakin bahwa agama Islam itu indah dan bagus. Bahkan, seseorang bisa menjadi kaya dari ayat itu –Allah telah memberikan kenikmatan yang banyak. Maka, orang Islam disuruh mendirikan shalat, juga beramal, beribadah, dan melakukan amar makruf nahi munkar. Hanya sayang, orang Islam sendiri tidak bisa mengendalikan itu!
Setelah aku pelajari, dan aku menemukan kebenaran yang terkandung di dalam surat tersebut, maka enam tahun kemudian (tahun 1977) aku memutuskan untuk jadi muslim. Dengan dituntun oleh Kiai Acep, kini sudah almarhum, aku mengucapkan dua kalimat syahadat. Ada rasa haru yang tak bisa aku ungkapkan, ada rasa bahagia yang tidak bisa aku gambarkan saat itu. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat itu, aku menjadi muslim. Dan karena aku sudah menjadi seorang muslim, maka aku pun harus menjalani konsekuensi yang sudah diwajibkan dalam agama Islam, untuk mendirikan shalat lima waktu, zakat, puasa dan haji (bagi mereka yang mampu). Saat menjalani puasa untuk pertama kalinya, tak terkira kalau aku menemukan “kenikmatan ibadah” yang sungguh luar biasa.
Padahal, sebelum aku menjadi seorang muslim, ketika aku melihat orang yang puasa itu seperti orang yang sedang menyiksa diri sendiri. Bahkan, aku tak segan-segan menyuruh temanku yang lagi menjalani puasa untuk berbuka (makan), "Kenapa kamu puasa segala? Kenapa kamu menyiksa dirimu?"
Tetapi setelah aku menjalani ibadah puasa, aku justru menemukan kenikmatan yang sungguh luar biasa, tidak terkira, merasakan badanku enak, dan juga enteng. Ini bagiku sungguh aneh!
Bisnis Tetap Berkembang
Seiring perjalanan waktu, setelah aku berikrar (memutuskan) untuk menjadi seorang muslim, ternyata Allah tidak membuat usaha yang telah aku rintis jadi bangrut. Justru usaha bengkelku dalam waktu yang singkat maju dan berkembang dengan pesat. Padahal, awalnya aku hanya memiliki usaha bengkel motor kecil-kecilan.
Tanpa aku duga, usaha yang aku rintis (sejak tahun 1969) itu berkembang pesat dan rezeki seperti datang terus. Sekitar tahun 1976, ceritanya, tiba-tiba datang seseorang dari Jakarta yang memberikan kepercayaan kepadaku untuk menawari kerjasama jual beli motor. Padahal, ketika itu aku tidak memiliki modal dan aku hanya punya tempat. Akhirnya, setelah aku menerima kerjasama itu aku dapat bonus dari setiap penjualan sepeda motor. Dari komisi (keuntungan) itu kemudian aku putar-putar terus dan bisa berkembang.
Cobaan dan ujian memang tak bisa dihindari. Setelah aku menjadi muslim, pada 1977, ada cobaan yang harus aku hadapi dengan sabar. Ketika aku harus mengambil barang-barang di toko orang-orang China, aku seperti sudah tak lagi dipandang sebagai orang. Dengan kata lain, sudah dianggap rendah. "Bukan main cobaan itu, aku yang biasa masuk ke toko mau belanja barang yang kurang, biasanya tinggal ambil saja, tapi setelah aku masuk Islam seperti tidak lagi dipercaya. Bayangkan, kalau aku mengambil barang pagi hari, sorenya aja sudah ditagih. Orang-orang China itu sudah menganggap saya rendah karena dianggap telah murtad."
Tapi aku percaya, Allah akan memberi rezeki kepadaku. Aku menjalankan bisnis dengan benar, tak salah dan juga sungguh-sungguh. Dengan kepercayaan bahwa Allah memberi kenikamatan yang banyak, sebagaimana yang dipesankan Allah dalam QS al-Kautsar, maka aku yakin Allah akan memberiku rezeki yang berlimpah. Karena itu, aku tabah dengan cobaan itu.
Akhirnya, tahun 1980, datang lagi kepercayaan orang Jakarta yang manawarkan kerjasama jual beli motor. Bahkan dalam kerjasama ini datang ratusan unit motor dan lebih banyak dari sebelumnya. Ini aneh! Tidak ada rintangan, dan semua berjalan terus sehingga usahaku bisa berkembang pesat seperti ini. Aku merasa rezeki selalu datang saja setiap saat.
Karena sudah dilimpahi rezeki oleh Allah, maka sepuluh tahun setelah aku jadi muslim, aku berniat menunaikan ibadah haji ke tanah suci, untuk menjalankan rukun Islam yang kelima. Tetapi tanpa aku duga, justru ibuku menentang keputusanku untuk naik haji itu dengan habis-habisan. Ibuku marah kepadaku. Ibuku takut kalau nanti aku akan berubah setelah pulang dari tanah suci.
Ini sungguh aneh. Karena sewaktu aku memutuskan untuk jadi muslim, ibuku tidak cukup ektrim atau keras menentangku. Ibuku seakan membiarkan pilihanku jadi seorang muslim karena bagi ibuku, yang penting aku menjadi orang yang baik. Itu saja! Soal agama tidak cukup menjadi perhatian, asal tetap menjadi orang yang baik. Justru saat aku berniat akan berangkat ke Mekkah, ibu tiba-tiba menentangku.
Tetapi, penentangan ibuku itu kuhadapi dengan penjelasan, "Ibu aku tidak bakal berubah dan pilihanku jadi muslim itu, tidak ada masalah asal rezeki-ku selalu datang." Dengan penjelasanku itu ibuku akhirnya dapat memahami. Peran dari ibuku itu pulalah yang kemudian membuatku tidak banyak ditentang oleh pihak dari keluargaku, karena ibu yang menjelaskan pada keluargaku (baik dari pihak ayah atau ibu) ketika mereka berusaha menentangku.
Akhirnya, ibu seperti pembelaku. Ketika keluarga-keluargaku menentangku, ibu menjelaskan dengan sangat masuk akal, "Kalau anakku miskin dan merongrong kalian semua, itu boleh kalian tentang karena menghalangi kalian semua. Tetapi anakku khan tidak merongrong kalian. Maka, kalau ia punya dan tidak merongrong kalian, khan itu tak menghalangi? Selama tidak menggangu kalian, maka tidak usah kalian usil," jawab ibu pada keluargaku yang mempertanyakan keyakinanku. Di sinilah, aku melihat peran penting ibuku yang membuatku tidak banyak penentangan.
Aku pikir, ibuku menyerang keluargaku dengan telak. Dengan kata lain, karena melihat aku kebetulan kaya, maka mereka kemudian tak bisa berbuat banyak. Apalagi dalam masyarakat China dikenal prinsip bahwa, “Saat uangku datang dan aku ini tidak berubah, ya tidak menjadi masalah.”
Ya, tidak banyaknya penentangan dari pihak keluargaku itu karena aku memang tak merongrong mereka. Justru, usahaku semakin berkembang dan maju pesat. Jadi, tak ada rintangan bagi mereka untuk mencegah keyakinanku. Aku juga tidak berubah dan uangku datang menjenguk keluargaku…. Dengan demikian, tak ada lagi yang menjadi masalah.
Meski demikian, aku tak membenci (atau marah) pada mereka. Maka, ini bagiku bisa mendatangkan rezeki yang berlimpah.
Menyebarkan Syiar Islam
Seiring dengan berkembangnya usaha dan bisnis-ku, aku tak memungkiri kalau rezeki-ku ternyata datang terus. Aku pun memiliki kewajiban menolong kepada siapa saja yang membutuhkan. Karena ini berawal dari keyakinanku “bahwa Allah memberi kenikmatan yang banyak dan berlimpah” --sebagaimana yang terkandung dalam QS al-Kautsar-- dan kemudian orang muslim itu diperintahkan untuk mendirikan shalat dan berkurban. Maka, aku tidak mau berpangku tangan. Apalagi dengan keberadaan mualaf yang masih membutuhkan modal dan bantuan, aku berharap besar mereka itu nantinya bisa mandiri dan dengan bekerja sungguh-sungguh menjadi orang yang pada akhirnya akan berkewajiban membayar zakat, bukan yang menerima zakat.
Selain membantu (berkurban), aku juga memiliki kewajiban untuk berdakwah. Sebagai orang Islam, aku berkewajiban untuk berdakwah walaupun itu hanya satu ayat. Juga, karena anjuran untuk saling menasehati ke jalan yang benar. Makanya, sekitar tiga tahun yang lalu aku --bersama istriku-- menyelenggarakan pengajian setiap Jum`at pagi bertempat di showroom mobil yang di hari biasa aku jadikan sebagai tempat usaha. Aku keluarkan beberapa mobil, lantas aku jadikan sebagai tempat pengajian.
Memang, semula aku bersama istriku mengajak orang-orang yang ada di sekitar tempat kami untuk datang ke pengajian, tetapi belakangan ternyata justru datang dari mana-mana dan sekarang ini berjumlah sekitar seratus orang. Padahal, pada awalnya dulu cuma sekitar dua puluh orang saja. Dalam pengajian Jum`at pagi itu, aku sengaja pula mengundang ustadz atau kiai yang berbeda-beda untuk memberikan tausyiah agar jamaah tidak merasa bosan.
Selain digunakan sebagai tempat untuk pengajian Jum`at pagi, setiap bulan suci Ramadhan, showroom tersebut juga digunakan sebagai untuk kegiatan shalat tarawih. Kegiatan kegamaan ini bahkan sudah aku rintis sekitar lima tahun yang lalu dan banyak orang di sekitar yang antusias. Tidak ada harapan dan keinginan lain dengan kegiatan dakwah atau keagamaan itu, selain aku berharap akan terjalin ukhuwah Islamiyah yang kuat dan kokoh. (n mursidi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar