Senin, 02 Juli 2007

mimpi raja dan kebebasan nabi yusuf

tulisan ini dimuat di majalah hidayah edisi 72 juli 2007

Dan raja berkata, "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku." Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami." Berkata Yusuf, "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS. Yusuf [12]: 54-55).

Tidak ada buah dari manisnya kesabaran kecuali balasan Allah berupa kemuliaan sebagai wujud kesenangan dari ujian yang datang silih berganti. Ganjaran kemulian itu yang pada akhirnya dipetik Nabi Yusuf setelah ia mengalami kegetiran hidup betubi-tubi. Sejak kecil, dia berpisah dari bapaknya kaena dibuang ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya dan setelah dia diselamatkan kafilah yang lewat justru diperdagangkan sebagai budak. Balasan Allah sebenarnya sudah dipetik. Nabi Yusuf bukan dijadikan budak, tapi diangkat sebagai anak.

Tapi ujian lain datang. Allah menguji keimanan nabi Yusuf dengan godaan wanita cantik yang akhirnya membawanya masuk penjara. Setelah lama di penjara ternyata masih lagi ditambah beberapa tahun karena penuang minum yang mimpinya sempat ditakwilkan nabi Yusuf ditikam lupa. Semua ujian itu pun dilalui oleh nabi Yusuf dengan sabar dan balasan yang ia terima adalah kesenangan di akhir perjalanan hidup.

Dibalik Mimpi Sang Raja
Setelah penuang muniman kerajaan bebas dan Yusuf berpesan agar tak melupakannya, ternyata dia dilupakan setan dan baru ingat keadaan Yusuf setelah raja itu ditikam bingung akibat bermimpi. Dari mimpi raja itu, Yusuf kemudian dimintai untuk menafsirkannya dan mukjizat yang dimiliki telah menghantarkannya bebas dari penjara dan bahkan raja memberi hadiah jabatan.

Suatu malam yang menggelisahkan, raja Mesir bermimpi. Dalam mimpinya itu raja melihat tujuh ekor sapi yang gemuk merumput di padang yang hijau di tepi sungai. Saat tujuh sapi gemuk itu merumput, tiba-tiba saja muncul tujuh sapi yang kurus berjalan menuju tempat tujuh sapi yang gemuk dan memakan tujuh sapi gemuk tersebut.

Sang raja terbangun seketika dan dihinggapi ketakutan. Ia gelisah, dan keringat mengucur dari balik punggungnya. Malam pun masih menggelayut di langit dan gelap belum sirna. Raja lalu memejamkan mata untuk tidur kembali. Tetapi mimpi yang menakjubkan datang lagi. Hanya saja, kali ini raja bermimpi melihat tujuh batang gandum yang berisi dan di samping gandum berisi itu, raja melihat tujuh batang gandum kering. Anehnya, tujuh batang gandum yang kering itu menelan batang gandum yang penuh.

Raja tersentak kaget dan terbangun. Ia sadar, ia bermimpi dan mimpi itu kembali membuat sang raja dicekam khawatir. Karena itu, raja memanggil para petingginya tatkala pagi tiba. Dan dalam pertemuan itu, raja menceritakan mimpi semalam yang dia jumpai. Dengan tertegun, para petinggi mendengarkan dan ketika raja selesai bercerita, para petinggi itu hanya saling melempar pandang, terlebih saat raja menanyakan perihal tafsir mimpi tersebut. Dalam kepala mereka semua, tidak ada sekelebat pengetahuan yang bisa dijadikan tafsir untuk menjelaskan mimpi itu. "Ini adalah mimpi yang sungguh membingungkan. Tetapi sang raja tidak usah risau atau sedih. Mimpi ini saya kira tidak ada artinya sama sekali," ujar salah seorang petinggi.

Tetapi, mimpi semalam itu benar-benar membuat raja dilanda sedih. Ada semacam firasat dibalik mimpi yang dijumpainya itu sehingga kegelisan dan rasa penasaran tampak menggelayut di mukanya. Ia murung dan kusut. Raja seperti tidak dapat berpaling atau melupakan bayang-bayang mimpi itu. Apalagi sebagian besar yang hadir dalam pertemuan berkata, "Kami tidak mengetahui akan mimpi tersebut, Tuanku."

Tak ada jawaban yang diberikan para petinggi, membuat sang raja kian sedih. Pertemuan seketika seperti dicekam hening. Sunyi dan sepi. Tetapi di tengah keheningan itu, tatkala sang raja tak menemukan petinggi yang bisa dipercaya menafsirkan mimpi mencemaskan tersebut, tiba-tiba pelayan kerajaan yang bertugas menuangkan minuman di pertemuan itu teringat nabi Yusuf, "Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menta`birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).” (QS. Yusuf [12]: 45.

Raja heran, terperanjat dan kaget dengan apa yang disampaikan oleh penuang minuman. Karena itu, penuang minuman lalu menceritakan kejadian yang terjadi dalam penjara yang sempat ia alami, " Tuanku, beberapa tahun yang lalu tukang masak dan aku ada di dalam penjara. Kami bermimpi sesuatu yang menakjubkan dan kami kemudian menceritakan mimpi itu kepada Yusuf. Yusuf menafsirkan mimpi kami dan mimpi itu menjadi kenyataan."

Sang raja lantas memerintahkan penuang minuman itu untuk menemui Yusuf.

Ta`bir atas Mimpi Raja
Sang penuang minuman itu pun pergi ke penjara untuk menemui Yusuf, "Hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya." (QS. Yusuf [12]: 46).

Yusuf tahu tentang arti mimpi itu. Ia diberikan anugerah Allah berupa pengetahuan yang luar biasa dalam urusan menta`birkan mimpi. Karena itu, ia tak perlu memberikan janji besok atau kapan untuk menjawab. "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit) kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur." (QS. Yusuf [12]: 47-49).

Setelah mendengar penjelasan nabi Yusuf, tak perlu menunggu waktu lama lagi, penuang minuman itu lalu berpamitan dan menceritakan apa yang dikatakan oleh Yusuf kepada sang Raja.

Raja terkejut dengan takbir yang diberikan nabi Yusuf, orang di dalam penjara sementara orang-orang kepercayaan yang diundang dalam pertemuan bahkan tak tahu menahu dibalik mimpi tersebut. Karena itu, raja membatin, "Ini berarti air sungai Nil akan penuh selama tujuh tahun lalu tidak akan terjadi hujan selama tujuh tahun sehingga tingkat air di sungai Nil menurun dan akan ada kelaparan."


Yusuf pun Bebas
Raja tahu benar bahwa Yusuf orang yang memiliki banyak kemampuan. Karena itu, sang raja memerintahkan utusan agar membebaskan nabi Yusuf dari penjara. "Bawalah ia kepadaku."

Utusan sang raja beranjak pergi ke penjara, meminta nabi Yusuf untuk menghadap raja. Tapi, nabi Yusuf menolak dan dengan santun berkata, "Kembalilah pada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mereka." (QS Yusuf [12]: 50).

Tidak ada pilihan, juga tak kuasa memaksa, utusan itu kembali menghadap sang raja dan menceritakan perihal permintaan nabi Yusuf. Sang raja lantas mengumpulkan wanita-wanita yang pernah melukai tangan mereka, tidak ketinggalan pula istri pejabat yang jadi penyebab utama pemenjaraan nabi Yusuf, yakni Zulaikha.

Setelah wanita-wanita yang melukai tangannya berkumpul, sang raja segera mengajukan pertanyaan, "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu?"

"Maha sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya," jawab mereka, sekelompok wanita yang pernah melukai tangannya saat melihat ketampanan nabi Yusuf yang sungguh mempesona sampai tak sadar pisau yang digenggam mengoreskan luka di tangan.

"Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku) dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar," jawab istri al-Aziz (lihat QS. Yusuf [12]: 51).

Dari pengakuan itu, sang raja tahu duduk persoalan yang terjadi beberapa tahun yang lalu karena itu tidak ada alasan apapun untuk tidak membebaskan Yusuf. Maka, sang raja berkata, "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku."

Utusan raja itu berangkat menemui Yusuf dan mengundang Yusuf menghadap sang raja ke istana. Tentu saja Yusuf tidak menolak, lantaran sudah jelas bahwa pengakuan wanita-wanita yang melukai tangannya telah mengaku bersalah. Karena itulah, nabi Yusuf menghadap sang raja dan tatkala berbincang-bincang dengan nabi Yusuf, sang raja benar-benar mengagumi kecakapan yang dimiliki nabi Yusuf dan sang raja menawarkan jabatan, "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami. (QS. Yusuf [12]: 54).

Kemampuan, pengetahuan dan akhlak nabi Yusuf itulah yang telah memikat raja sehingga dia dianugerahi kehormatan untuk menjadi tokoh besar di Mesir. Kendati demikian, Yusuf hanya berpikir satu hal. Ia berpikir bahwa ia harus menyelamatkan Mesir dari bencana ekonomi di masa-masa mendatang -menghadapi musim paceklik dan kelaparan. Karena itu, nabi Yusuf mengajukan permintaan, "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesunguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS. Yusuf [12]: 55).

Permintaan Yusuf diterima dengan tangan terbuka oleh raja. Apalagi raja membutuhkan seseorang yang dapat dipercaya dalam menjalankan roda ekonomi guna menghadapi masa sulit atau musim paceklik sebagaimana yang diindikasikan dari mimpi raja. Karena itu, raja memilih nabi Yusuf. Dengan demikian, nabi Yusuf akhirnya menerima buah kesabaran --selama bertahun-tahun hidup penuh penderitaan dan dilanda fitnah— dengan balasan berupa janji Allah kebahagiaan di akhirat dan jabatan. Allah berfirman, "Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi ke mana saja dia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa." (QS. Yusuf [12]: 56-57).


BOX
Ikhtisar Dibalik Kisah
Berapa lama persisnya nabi Yusuf hidup di dalam penjara? Tidak diketahui dengan pasti karena al-Qur`an tidak menyebut dengan jelas bilangan tahun ketika nabi Yusuf hidup di dalam penjara itu, kecuali disebut beberapa tahun. Kedanti demikian, M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan bahwa nabi Yusuf hidup dalam penjara tidak kurang dari tiga tahun.

Sayang, M. Quraish Shihab tak menjelaskan rujukan atau alasan dari perkiraan persisnya Yusuf tinggal di dalam penjara. Padahal, banyak ulama mengatakan bahwa Yusuf hidup di penjara selama tujuh atau lima tahun. Bahkan, ada ulama yang berpendapat nabi Yusuf tinggal di penjara selama lebih sembilan tahun. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Tafsir al-Qurtubi, pendapat yang mengatakan bahwa nabi Yusuf hidup di penjara lebih dari sembilan tahun, didasarkan pada pemahaman kata bidh` dalam arti periode.

Meskipun banyak perbedaan pendapat seputar seberapa lama persisnya nabi Yusuf hidup dalam penjara, sekiranya hal itu tak mengurangi pelajaran berharga yang dapat diambil dari kisah nabi Yusuf yang mengandung pesan menakjubkan. Nabi Yusuf sejak kecil harus berpisah dengan ayahnya, nabi Ya`qub dan hidup menderita karena menjadi budak dan mendapatkan fitnah yang membawanya dipenjara. Tapi, di akhir kisah itu nabi Yusuf menuai derajat tinggi tak saja diangkat menjadi bendahrawan negara Mesir melainkan juga ganjaran di akherat karena telah beriman dan bertaqwa kepada Allah --meski ujian dan cobaan berat datang silih berganti.

Jadi seberapa lama Yusuf tinggal di dalam penjara tidaklah cukup penting. Karena itu, al-Qur`an tidak menjelaskan dengan detail berapa lama persisnya nabi Yusuf tinggal dalam penjara kecuali disebutkan hanya beberapa tahun. Bisa jadi, selama tiga tahun, lima tahun, tujuh tahun atau bahkan sembilan tahun. Yang jelas ia akhirnya dibebaskan oleh sang raja setelah ia mampu menafsirkan mimpi sang raja dan bahkan tidak terbukti bersalah sebagaimana dituduhkan istri al-Aziz, Zulaikha.

Lantas, siapa nama raja Mesir itu? Ada yang mengatakan nama raja Mesir itu adalah raja Qithfir (sebagaimana ditulis Fatchur Rahman dalam buku Kisah-kisah Nyata dalam al-Qur`an; !995). Yang jelas, Al-Qur`an hanya menyebutkan kata al-malik (atau raja) dan M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa penyebutan raja ini menjadi salah satu bukti kemukjizatan al-Qur`an dari segi pemberitaan gaib atau lebih tepatnya sebagai bukti ketelitian al-Qur`an dalam memilih kata --mengingat gelar yang biasa diberikan orang-orang Mesir (demikian juga dalam al-Qur`an) untuk kepala negara Mesir adalah Fir`aun seperti kepala negara Mesir pada masa nabi Musa as.

Tapi, dalam QS. Yusuf ini gelar tersebut disebut raja. Karena menurut M. Quraish Shihab, penguasa tertinggi ketika itu bukan dari orang Mesir asli. Mereka adalah Heksos yang menguasai Mesir pada masa antara 1900 SM-1522 SM, atau antara Dinasti XIII sampai XVIII. Kata Heksos, konon adalah gelar yang diberikan pada mereka oleh penduduk Mesir asli sebagai "penghinaan" yang maknanya adalah penggembala atau penggembala babi. Mereka tidak menggunakan bahasa Mesir asli tapi bahasa suku mereka, Kaldea yang mirip bahasa Aramiya atau bahsa Arab.

Banyak sejarawan menyebutkan bahwa nabi Yusuf as hidup pada masa Dinasti XVII atau sekitar tahun 1720 SM. (n. mursidi/dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar: