Sabtu, 19 Maret 2005

mengobati pusing dan migren

majalah hidayah edisi 44 maret 2005

Sakit kepala atau pusing, janganlah dianggap sebagai penyakit enteng atau ringan. Termasuk juga dalam kasus ini adalah sakit kepala separuh atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan migrain. Sebab, kepala adalah pusat dari tubuh manusia. Karenanya, jika kepala sudah diserang rasa sakit dengan ditandai kepala berdenyut, maka sudah dapat dipastikan semua anggota tubuh yang lain ikut berpengaruh. Pendek kata, jika kepala sudah diserang pusing, maka aktivitas atau kegiatan fisik dan pikiran akan terganggu pula. Tak berlebihan, ketika kepala terasa pening, tubuh juga akan terasa tidak enak dan pikiran kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Tak pelak lagi, meski pun sekedar sakit pusing, tetap saja hal itu akan menyusahkan siapa pun.

Memang benar kata sebuah pepatah jika langkah pencegahan itu lebih berguna daripada langkah pengobatan. Tetapi, apa boleh buat? Sakit adalah sakit dan karena itu kesehatan jadi mahal harganya. Oleh karena itulah, kalau sakit kepala atau migrain sudah terlanjur menyerang, tentunya tidak ada jalan lain yang memang harus dilakukan dan diperbuat kecuali dengan cara mengobatinya.

Meski tak bisa dipungkiri, toh di balik setiap penyakit, tetaplah ada hikmah yang bisa dipetik atau diambil pelajaran bagi siapa pun untuk kemudian hari bisa lebih berhati-hati. Semisal saja, tatkala seseorang diserang sakit kepada atau migrain, setidaknya, bisa dimaknai untuk istirahatnya pikiran dari memikirkan hal-hal yang berat. Jadi, kepala juga butuh jeda sesaat dan rileks dari aktivitas seperti biasanya.

Kalau ditinjau dari aspeks medis, penyakit sakit kepala dan migrain sebenarnya muncul dikarenakan denyutan di sebelah kepala dan bahkan bisa dirasakan adanya hawa panas yang tak tertahankan. Orang yang diserang migrain pada hakekatnya merasakan panas di bagian kepala dan semacam demam yang terjadi dikarenakan berkumpulnya uap di bagian kepala yang berusaha menembus untuk keluar, namun ternyata tidak berhasil (keluar). Karenanya, kepala pun terasa seperti berputar, berdenyut dan pening.

Sementara itu, penyebab penyakit migrain (sakit kepala sebelah) sebenarnya adalah adanya unsur tertentu yang menyerang bagian urat kepala itu sendiri, langsung menyerang bagian itu atau melalui organ tubuh lain kemudian naik ke kepala. Sakit itu akhirnya diderita oleh sisi kepala yang lebih lemah dari sisi yang lain. Unsur tersebut bisa berupa uap atau kotoran yang bersifat panas atau dingin. Ciri khas penyakit ini adalah munculnya gejala semacam denyutan di pembuluh darah. Karena itulah jika kepala diikat dengan kain dan denyutan itu berhenti dengan sendirinya rasa sakit itu pun mulai bisa berangsur-angsur hilang.

Tetapi kalau boleh dikata, penyakit pusing atau migrain sebenarnya bukan satu penyakit yang kemunculannya baru dikenal dan disebut-sebut kemarin sore. Pada zaman Nabi pun, penyakit itu juga sudah dikenal (sudah ada). Lantas yang menjadi pertanyaan adalah; bagaimana saat itu nabi mengobatinya?

Dalam kitab Ath-Thibun Nabawi, Abu Nu'aim menulis, "Jenis pusing ini pernah diidap oleh nabi hingga satu atau dua hari sehingga beliau tidak sempat untuk keluar dari rumah. Dirwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasullulah pernah berkutbah di hadapan para sahabat dengan kepala masih terbalut oleh kain." Sementara dalam Ash-Shahih juga disebutkan saat nabi sakit menjelang wafatnya dengan cara mengikat kepala.

Dengan cara membalut bagian kepala, selain berguna untuk mengatasi migrain juga bisa pula untuk mengobati sakit kepala pada umumnya. Meski demikian, jenis terapi terhadap penyakit ini masih tergantung dengan jenis yang diderita. Karena itulah, ada kalanya bisa diterapi dengan muntah, makan, menghindari suara atau dengan beristirahat total. Selain itu, terapi lain yang bisa dipraktekkan adalah dikompres (didinginkan), atau sebaliknya; dihangatkan atau dengan menggunakan inai.

Memakai Inai
Kenapa inai? Sebab, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya Metode Pengobatan Nabi, inai mengandung energi yang bisa mengatasi rasa pening. Tidak salah, bila digunakan dengan cara dibalurkan dan diikat di bagian kepala, bisa menghilangkan rasa sakit. Karena itulah, ketika nabi pada suatu hari pernah diserang penyakit pusing, beliau terpaksa melumuri kepalanya dengan inai. Dalam kaitannya dengan masalah inai ini, nabi bersabda, “Insya Allah, obat ini berkhasiat menghilangkan pusing.”

Pilihan nabi menggunakan inai itu, memang didasarkan pada kondisi inai yang memiliki sifat dingin sekali dan juga kering. Apalagi dengan adanya kekuatan pada pokok dan dahan inai, yang merupakan komposisi dari kekuatan yang disadap dari berbagai unsur air yang panas dan stabil, ditambah dengan energi pengikat yang berasal dari unsur tanah yang dingin pula. Dengan sifat seperti itu, maka tidak salah jika inai bisa digunakan untuk mengobati sakit kepala.

Selain itu, inai juga bisa digunakan untuk mengobati berbagai rasa sakit di sekujur tubuh dan bila digunakan untuk membalut bagian tubuh yang bengkak dan meradang, bisa berguna untuk meredakannya. Inai bisa pula digunakan sebagai peredam dari bahaya luka bakar. Bahkan bila dikunyah, bisa mengobati sariawan dan bibir pecah-pecah, juga mengobati pecah-pecah pada mulut anak bayi. Lebih jauh lagi, bila inai itu dibalutkan bisa mengobati bengkak dan peradangan berat. Bisa pula mengeluarkan mata pada bisul dan bila bubuknya dicampur dengan lilin bening dan minyak mawar, bisa digunakan untuk sakit pinggang.

Khasiat lain, inai itu bisa pula untuk mengobati cacar air, dan penyakit lepra. Kalau inai itu dijadikan semacam cream lalu digunakan untuk membalut jari-jari tangan, akan berfungsi memperindah dan mengkilatkannya. Inai bisa juga menyembuhkan koreng yang sudah menahun. Bahkan, bila digunakan untuk perawatan rambut, bisa berfungsi menumbuhkan, memperkuat dan memperindah rambut. (Nur Mursidi)

Tidak ada komentar: