Selasa, 19 April 2005

pakaian

majalah hidayah edisi 45 april 2005

Setiap manusia lahir dalam keadaan telanjang. Tak sehelai benang pun yang tertempel di tubuh. Malahan, tidak ada bayi yang lahir ke dunia ini dengan kondisi tertawa terpingkal-pingkal atau tersenyum melainkan selalu diiringi dengan jeritan tangis. Sementara itu, di sisi lain, kedua orangtua dan keluarga selalu menyambut kelahiran itu dengan suka cita.

Kenapa bayi yang lahir selalu diiringi jerit tangis? Ada pendapat yang mengatakan bahwa bayi itu fitri atau suci dan kehidupan di dunia ini penuh dengan keburukan, kejahatan dan kebiadaban. Karena itu, kelahiran bayi selalu diiringi tangisan sebagai “tanda” sebuah kesedihan setelah melihat wajah dunia yang penuh dengan bopeng-bopeng kebobrokan.

Lalu, setelah bayi itu tumbuh dewasa dan berusia lanjut, ia kemudian mati. Seperti halnya kelahiran, tatkala mati pun ia juga kembali dalam keadaan telanjang. Artinya, tidak ada barang dan materi yang dibawa ke liang kubur, kecuali hanya kain kafan. Malah sebaliknya, keluarga yang ditinggalkan menitikkan air mata. Sedih.

Tetapi, proses kelahiran bayi yang telanjang dan pesan dibalik kematian yang cuma dibungkus dengan selembar kain kafan itu seolah merupakan perjalanan hidup umat manusia yang sudah biasa dan tidak penting lagi untuk dijadikan iktibar. Karena itu, hampir sebagian dari kita seringkali lupa. Lupa, tak pernah memahami bahwa hidup di dunia ini tidak lebih sekedar mampir untuk minum (pepatah Jawa: mampir ngombe). Di sisi lain, kadang kita juga dengan mudah terperosok dalam lubang dosa dan kemaksiatan. Karena itulah, tidak salah lagi jika manusia dikata sebagai makhluk yang congkak dan sombong.

Munculnya anggapan itu dikarenakan ketika hidup di dunia ini, sebagian dari kita tak pernah merasa cukup dengan hidup apa adanya, bersahaja dan dengan cara sederhana. Salah satu contoh akan hal ini adalah soal pakaian. Sebagaimana praktisnya, pakaian pada dasarnya adalah alat untuk menutupi tubuh karena hal itu dianjurkan agama. Dengan kata lain, kita harus berpakaian karena kita bukan binatang yang bisa leluasa di jalanan dengan telanjang.

Tetapi, di antara kita memang tak pernah puas dan merasa cukup dengan sekedar menggunakan pakaian hanya untuk sekedar menutupi tubuh atau aurat. Karena itu, kita lalu memilih pakaian bermerk yang tak dapat dimungkiri tentu saja harganya mahal.. Soal celana misalnya, kita tak puas jika tidak memilih celana Levi`s, Lea, dan bahkan merk-merk lain yang cukup bergengsi. Bahkan jika masih tak puas, kita pun bisa memesan pakaian kepada seorang desainer, tentunya dengan mode yang sudah dirancang anggun dan menarik.

Memang tidak ada salahnya kita memilih pakaian bermerk dan hasil rancangan dari seorang desainer kenamaan. Sebab pakaian, selain berfungsi untuk menutupi tubuh, pada dasarnya juga dianjurkan oleh Allah sebagai alat untuk menghias diri/fisik agar tampil indah dan menawan. Tapi, apakah dengan demikian lalu kita harus memilih pakaian yang bermerk dan mode dari desainer kenamaan? Tak lebih kalau semua itu hanya untuk gaya dan jaga gengsi.

Lebih dari itu, di era modern seperti sekarang ini malah dalam perkembangan trend mode terlihat cukup ironis. Tak jarang kita melihat model pakaian yang norak dan seronok. Ada celana yang sengaja dirancang dengan lubang di bagian paha. Juga, pakaian wanita yang anggun, dengan model panjang sampai ke bawah, namun di bagian punggung dan pundak malah terlihat dengan jelas. Ada apa dibalik itu?

Dengan fenomena itu, mode pakaian di era sekarang ini boleh dikata tak lagi untuk menutupi aurat atau tubuh. Lebih dari itu, pakaian sudah menjadi bentuk eksplorasi dari kreasi manusia modern karena menjadikan tubuh sebagai obyek yang sengaja dipamerkan. Karena dengan menampilkan tubuh yang seksi, mungkin disangka akan tampil menawan dan menarik. Dengan mode pakaian seperti itu, kita pun layak bertanya. Ada apa dibalik itu?

Allah memuliakan manusia sebagai makhluk agung di antara makhluk lain dengan berbagai macam pakaian yang sengaja diciptakan untuk menutupi tubuh dan aurat. Dalam masalah ini Allah telah mengajarkan manusia bagaimana cara membuat pakaian, "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (Q.S. A`raf: 26).

Tapi, dasar manusia. Selain sombong, ternyata juga congkak, tak tahu diri dan lebih dari itu bahkan telah melampaui batas. Karena itu, manusia seolah lupa jika semua dari kita pada awalnya lahir telanjang dan setelah hidup dianjurkan berpakaian untuk menutup aurat dan berhias diri agar tampil indah. Tapi manusia lebih melihat pakaian zhahir dan lupa akan pakaian hati, jiwa dan ruhani.

Sebab, hakekat pakaian itu pada dasarnya ada dua jenis. Satu pakaian untuk menutupi aurat (pakaian yang merupakan perhiasan sehingga siapa yang memakainya akan tampak indah, bagus dan menawan). Sementara pakaian lain, adalah pakaian jiwa dan hati, yakni berupa ketaqwaan. Tak salah, jika Allah mengingatkan pakaian hati (ketaqwaan) lebih bernilai daripada pakaian zhahir. Pakaian taqwa ini, bukanlah baju koko seperti yang kita pakai saat pergi ke masjid, melainkan pakaian wara` dengan menjuhi kedurhakaan kepada Allah.

Pakaian taqwa ini merupakan pakaian yang lebih indah dan baik. Kerena pakaian ini untuk menutupi aurat hati sebagai bekal kita tatkala mati nanti agar tak telanjang di hadapan Allah. Sebab, tak ada kebaikan pada diri manusia jika ia tidak berselubungkan pakaian taqwa dan takut kepada Allah. Kesucian batin jauh lebih penting daripada keindahan zhahir. Berhias dengan keutamaan-keutamaan dan akhlak lebih baik daripada berhias dengan pakaian zhahir. Apalagi dengan model pakaian yang dirancang seksi dengan menampakkan punggung dan belahan dada.

Sebab, di hadapan Allah nanti kita akan telanjang dan manusia tidak dilihat kecuali segumpal ketaqwaan yang disematkan di dada. Kerena itulah, meski manusia selama hidup di dunia memakai pakaian bermerk, jika tak diimbangi dengan ketaqwaan maka tetap saja di hadapan Allah akan telanjang. Sebab, di hadapan Allah semua manusia sama dan yang membedakan adalah ketaqwaan. Sebuah pakaian yang akan menjadi selimut bagi kita dari sengatan panas api neraka yang menyala-nyala. (Nur Mursidi)


Tidak ada komentar: