Kamis, 19 Mei 2005

labmend: lembaga bina menejemen dan da`wah (laboratory for management and development)

majalah hidayah edisi 46 mei 2005

Rumah bertingkat dua di wilayah Pondok Pinang, Jakarta Selatan yang cukup asri dan menawan itu sebenarnya merupakan rumah kediaman KH. Toto Tasmara. Siang itu memang tak ada tamu yang sedang berkunjung ke sana. Apalagi jika KH Toto Tasmara sedang tak ada di rumah. Tidak salah, jika pintu pagar depan sengaja ditutup. Lebih dari itu, seolah-olah di dalam rumah bercat putih itu juga tidak ada aktivitas sebagaimana layaknya sebuah rumah yang sekaligus menjadi kantor sebuah lembaga sosial dan keagamaan.

Memang di depan rumah KH. Toto Tasmara yang berpagar putih itu tidak ada plakat atau papan bertuliskan sebuah lembaga, sehingga saat orang lewat pasti akan menemui kesan bahwa rumah itu adalah rumah hunian biasa. Tetapi, saat reporter Hidayah dipersilahkan masuk oleh ustadz Budiman (asisten KH. Toto Tasmara) ke salah ruangan bagian depan di sebelah kiri, kesan di atas itu seketika runtuh. Dugaan bahwa rumah itu adalah rumah biasa tidaklah benar sepenuhnya. Sebab, di salah satu ruangan depan rumah Mas Toto –demikian Toto Tasmara akrab dipanggil— memang didesain/ditata untuk dijadikan kantor Labmend (Lembaga Bina Manajemen dan Da`wah/Laboratory for Management and Development).

Kesan sepi di atas itu, jika mau ditelisik lebih jauh memang bukanlah satu masalah. Sebab Labmend tidak mengadakan pelatihan, training dan juga berbagai kegiatan di kantor itu. Dengan kata lain, Labmend lebih sering mengadakan program-program serta pelatihan-pelatihan di luar kantor, seperti pengajian untuk para eksekutif yang dilakukan bergiliran dan juga seminar di hotel atau tempat lain. Lebih dari semua itu, malah ada satu program kerja penanganan terhadap para pecandu narkoba yang digembleng di Pondok Pesantren al-Maghfiroh, di Bogor yang masih di bawah payung Labmend.

Sejarah dan Perkembangan Labmend
Pada awalnya, sebelum berdiri Labmend dengan akhiran “d” lembaga yang dipimpin KH Toto Tasmara ini bernama Labment (dengan akhiran “t”). Labment di sini singkatan dari Laboratorium Mental yang didirikan tahun 1984 yang secara khusus hanya melakukan penggodokan terhadap mental para pemuda Islam dengan satu obsesi menjadikan para kader mujahid muda yang siap tempur menghadapi segala bentuk tantangan dan rintangan, di mana situasi politik pada waktu itu memang dalam keadaan yang tidak menentu.

Ide dibentuknya Labment itu muncul karena gerakan dakwah Islam saat itu dibatasi ruang geraknya oleh pemerintah. Namun, dengan demikian bukan berarti program-program atau aktivitas Labment dimaksudkan untuk merongrong sistem pemerintahan yang ada saat itu (Orde Baru). Toh, kegiatan-kegiatan yang diproyeksikan Labment ketika itu masih dalam koridor da`wah, seperti melakukan pengajian-pengajian, pesantren kilat dan lain sebagianya.

Tapi seiring perkembangan zaman, Labmend dipandang para santri (alumninya) haruslah tanggap terhadap perubahan. Dengan kondisi real umat Islam yang cukup dominan, tapi kenyataan yang ada ternyata tidak menggemberikan akhirnya membuat Labment harus terlibat lebih jauh. Bagaimana tidak? Di tengah profesionalisme kerja di berbagai bidang baik di kantor, instansi swasta maupun pemerintah, ternyata ada satu fenomena di mana masih banyaknya umat Islam yang kurang memiliki skill, menguasai manajerial dan semacamnya.

Lebih dari itu, korupsi juga merajalela padahal umat Islam dominan di negeri ini. Tidak ayal lagi, kalau dengan kondisi seperti itu agama dianggap tak lagi memiliki peran yang cukup urgent dalam menyumbangkan spirit dalam kehidupan sehari-hari. Respek terhadap kondisi itu, Labment seperti dihadapkan pada satu tantangan untuk melahirkan professional muda yang handal, eksekutif yang jujur, ulet dan mempunyai iman yang kuat alias ketaqwaan kepada Allah swt.

Berangkat dari titik itu, Labment lalu dirubah jadi Labmend dengan menitikberatkan pada dua konotasi. Adapun konotasi yang pertama, adalah Lembaga Bina Manajemen dan Da`wah yang secara khusus menyelenggarakan acara-acara yang sifatnya keagamaan atau ukhrawi terhadap pembinaan akhlak dan mental anak muda Islam, seperti penyelenggaraan kajian-kajian Islam, baik yang temporer maupun kontinuitas.

Sedangkan konotasi kedua, Labmend berorientasi pada bisnis (profit oriented), yakni Laboratory for Manejement and Development. Dalam konotasi ini, Labmend lebih banyak mengkaji masalah-masalah dengan peningkatan sumber daya manusia (human resources). Program-program yang diselenggarakan Labmend antara lain, AMT (Achievement Motivation Training), yakni latihan-latihan peningkatan prestasi, kemudian MSW (Managerial Skill Workshop) dan seminar-seminar yang berkaitan dengan management.

Labmend dengan dua konotasi itu resmi berdiri sebagai sebuah yayasan dengan Akte Notaris yang dikeluarkan oleh Yetty Taher SH dengan Nomor SK Men. Keh. No. Y.A. 7/16/13 tanggal 22 Oktober 1974. Juga dengan Akta tanggal 5 Juli 1990 Nomor 12 dengan para pendiri sebagai berikut; Ketua Drs. Toto Tasmara, sedang Wakil Ketua Muhammad Djum`at Abrory Djabbar, Bendahara Tengku Parameswara dan Sekretaris Wasis Susetio.

Orientasi Baru
Dengan terjadinya perubahan Labment menjadi Labmend tepat tahun 1987, orientasi Labmend (dengan “d”) pun kemudian memiliki wilayah garapan yang lebih luas.

Tidak salah jika orientasi Labmend kemudian boleh diibaratkan seperti sebuah kapal selam, di mana benderanya Lembaga Bina Menejemen dan Da`wah, sedangkan kapalnya adalah Laboratory for Management and Development. Seperti dituturkan ustadz Budiman (asisten KH. Toto Tasmara), “Jika di bidang dakwah dulunya Labmend menjadi tempat mangkalnya anak-anak muda dan kami berpegang pada kalangan profesional, eksekutif, para pejabat dan sebagainya.” Karena itu, hingga kini Labmend sudah melahirkan banyak eksekutif dan professional muda. Sebut saja misalnya, Abrori (pengacara), Heri (konsultan), Dwiki Dharmawan dan Neno Warisma (artis), Agus Idwar (presenter dan mantan anggota nasyid Snada Group) dan masih banyak lagi tentunya. “Sedangkan pada bidang manajemen (bisnis oriented), kami mengadakan training. Untuk klien-klien kami yang tetap adalah seperti Jasamarga, BRI, BRI Syariah dan instansi lainnya,” lanjutnya.

Selain membina para eksekutif dan profesional di bidang manajemen, Labmend juga tidak melupakan akan pentingnya mental yang tangguh di tengah kehidupan modern. Untuk itulah, Labmend juga menangani pecandu narkoba yang dianggap perlu untuk diatasi. Berada di bawah payung Labmend untuk urusan mental, maka dibangunlah sebuah pesantren al-Maghfiroh. Tidak salah, jika untuk mendukung terciptanya suasana yang kondusif agar santri tidak merasa jenu dan terasing, maka lokasi pesantren dibangun di daerah Gunung Geulis, Bogor.

Selain itu, yang patut menjadi contoh mengenai cara kerja Labmend yang itu berbeda dengan lembaga-lembaga lain adalah soal pencarian dana. Sebab Labmend sejak awal kerap berdiri di atas kaki sendiri. Karena itulah, untuk penggalangan dana misalnya, Labmend tidak mencari dengan menengadahkan tangan ke berbagai instansi. Tetapi, Labmend mencoba mencari dana dengan mengadakan pelatihan semacam ATM (Achievement Motivation Training), yakni latihan-latihan peningkatan prestasi dan MSW (Managerial Skill Workshop). Dari dana itu kemudian digunakan untuk kegiatan sosial dan training dakwah.

Dalam kiprahnya lebih jauh, Labmend yang berbendera dua, manajemen dan dakwah memang selalu menawarkan kegiatan yang sangat variatif dan inovatif. Salah satunya, Labmend juga mengadakan kegiatan bakti sosial, seperti penyerahan bingkisan, mengadakan pengobatan-pengobatan massal dan lain-lain.

Tahun 1991, Labmend menambah perluasan wawasan kepada santri bukan sekedar mencetak entrepreneur-entrepreneur muslim saja, sebab hal ini diharapkan sebagai salah satu antisipasi apabila orang hanya mengharapkan bekerja saja pada perusahaan-perusahaan yang statusnya hanya sebagai pekerja walau dia sebagai eksekutif atau profesionalisme, statusnya toh tetap sebagai pekerja.

Karena itu, Labmend juga memikirkan masalah kemandirian dan masa depan umat Islam agar maju dengan tetap berpegang teguh pada al-Qur`an dan hadits. Sebab dengan cara itu, perkembangan ekonomi Islam yang selama ini sebagai bahan pembicaraan atau diskusi-diskusi di forum tidak hanya menjadi verbalitas saja tetapi juga perlu direalisasikan dalam praktek.

Harapan Labmend ke Depan
Labmend dengan dua konotasi di atas, seperti diungkapkan ustadz Budiman, “Tetap tak pernah melupakan acara semacam pengajian. Hanya saja, sekarang ini Labmend memang terfokus pada pelatihan. Walau begitu, selalu ada pengajian sekali pun tidak diadakan di sini. Dengan kata lain, pengajian itu dilakukan di luar, seperti pengajian para eksekutif. Acara itu berlangsung secara bergiliran dan memang tidak rutin. Kadang seminggu sekali, kadang juga sebulan sekali”.

Memang hampir lima tahun terakhir, Labmend boleh dibilang absen kegiatan rutin seperti tahun-tahun sebelumnya dalam mengadakan pengajian sabtu sore dan Kuliah Taman yang dulu sempat menjadi manggalnya anak-anak muda. Tidak salah, jika ustadz Budiman mengatakan, “Kalau dulu memang ada pengajian yang dilakukan setiap hari Sabtu. Tetapi kini kita banyak terfokus pada pelatihan-pelatihan. Meski demikian, toh kami tetap berupaya melayani umat jika memang ada permintaan untuk pengajian.”

Yang jelas, tambah ustadz Budiman, “Target yang diharapkan oleh Labmend adalah lahirnya seorang professional, jujur, kuat dan bertaqwa (PJKT). Lebih dari itu, Labmend menciptakan akhlakul karimah. Sebab, inilah yang sebenarnya yang paling utama bagi manusia dalam menjalani hidup di dunia.”

Dengan itu, “Labmend akan dan terus mengajak orang-orang yang mengaku muslim, untuk mengacu pada al-Quran dan hadits. Karena kita berpedoman bahwa setiap manusia pada dasarnya terbersit kejujuran dalam dirinya, tapi ketika manusia itu telah terkontaminasi oleh nafsu syaithoniyah, ia pun kemudian mengalami menyimpangan. Itu sebenarnya tugas kita untuk membuang belenggu itu, supaya membuka cahaya Ilahiyah,” kata ustadz Budiman di akhir wawancara dengan Hidayah. (Nur Mursidi)






Tidak ada komentar: