Jumat, 19 Agustus 2005

shalat istikharah: media meminta petunjuk di tengah kebimbangan

majalah hidayah edisi 49 agustus 2005

Dalam menapaki perjalanan hidup di dunia ini, sudah bukan mustahil manusia kerap dihadang beberapa persoalan yang pelik (rumit), sehingga membuat dia harus hati-hati dalam menentukan pilihan atau mengambil keputusan. Dari beberapa pilihan sulit itu, bisa berupa soal jodoh, pekerjaan dan bahkan sampai memilih seorang pemimpin. Tak dapat disangkal, kalau dari pilihan yang diambil pasti mengandung resiko. Karena itu, beruntunglah manusia yang memilih dengan pilihan tepat, sehingga membawa ke arah kebaikan.

Tetapi, bagaimana kalau seseorang terperosok dalam pilihan yang salah? Sudah tentu, ia akan merugi. Sebab, pilihan yang buruk akan berakibat kerugian. Karena itu, agar manusia tidak menyesal di kemudian hari akan pilihan atau keputusan yang diambil, makanya sebelum mengambil keputusan atau menentukan pilihan itu, jika ada keraguan bersemayam di dasar hati, nabi menganjurkan untuk melaksanakan shalat istikharah.

Shalat istikharah adalah shalat sunnat 2 (dua) raka`at yang dilakukan ketika seseorang ragu dalam memilih dua perkara atau lebih. Juga, ketika seseorang menghadapi permasalahan penting dalam memilih suatu keputusan yang berdampak besar. Dengan shalat itu, seseorang dianjurkan agar meminta petunjuk/bimbingan Allah supaya keputusan yang diambil nantinya tidak salah. Pendeknya, dengan shalat istikharah, manusia meminta petunjuk dan bimbingan agar keputusan yang diambil itu benar-benar tepat, benar dan juga mendapat ridha Allah.

Perkataan istikharah sendiri, berakar dari kata khair (baik) atau khiyarah (terbaik). Di sini, istikharah berarti thalab al-khiyarah min Allah, yaitu usaha untuk mendapat sesuatu yang terbaik dengan cara memohon petunjuk kepada Allah lewat shalat. Tidak salah, istikharah itu bersifat spiritual, merupakan usaha yang sepenuhnya bersifat rohaniah. Sebab, dalam usaha untuk mendapatkan petunjuk, seseorang dituntun untuk melakukan shalat. Nabi Muhammad menganjurkan umat Islam melakukan istikharah, bahkan sebagaimana diceritakan Jabir bin Abdillah, nabi mengajarkan seseorang ber-istikharah dalam segala hal.

Dalam soal istikharah ini, nabi bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian berniat melakukan suatu urusan, hendaklah dia shalat dua rakaat yang bukan fardhu kemudian hendaklah dia berdoa: Allohumma .. (HR. Bukhori). Berdasarkan hadist itu, Imam An-Nawawi berpendapat kalau “Istikharah disunnahkan di segala kondisi”. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam kitab Fathul Bari.

Tetapi berdasar petunjuk nabi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, istikharah dilakukan dengan shalat sunat dua rakaat di malam hari. Selesai shalat, orang yang bersangkutan disuruh membaca doa istikharah yang pada intinya berisi permohonan kepada Allah SWT agar ia diberikan sesuatu yang terbaik untuk kepentingan jangka pendek (dunia) maupun jangka panjang (akhirat).

Berdasarkan hadits itu pula, seorang muslim, menurut Imam Syaukani, tidak boleh meremehkan sesuatu perkara dan mengabaikan istikharah. Kenapa? Sebab, seringkali terjadi suatu kasus bahwa sesuatu kecil yang diremehkan, ketika diambil atau ditinggalkan, justru menimbulkan bahaya besar di belakang hari. Ini berarti, lanjut Syaukani, seorang muslim harus selalu memohon kepada Tuhan atau meminta petunjuk dari-Nya dalam segala urusan sebelum mengambil keputusan, entah memilih atau menolak sesuatu.

Shalat istikharah sangat penting untuk dilakukan karena pilihan manusia acap bersifat subjektif, partikularistik, dan terkadang tidak lepas dari dorongan nafsu. Akibatnya, pilihan manusia seringkali mengecewakan. Dapat dipahami jika manusia kadang membenci sesuatu yang baik dan sebaliknya mencintai sesuatu yang buruk. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, ''Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.'' (Al-Baqarah: 216).

Berdasarkan ayat di atas, tak pelak lagi jika petunjuk Allah atas pilihan yang nantinya diambil seseorang menjadi penting. Sebab, manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di kelak kemudian hari, dan hal itu hanya Allah yang tahu.

Sebagai petunjuk dari Allah, pilihan melalui istikharah akan memberikan keyakinan yang amat kuat. Tak salah, jika jawaban dari istikharah yang dilakukan seseorang kadang bisa munculnya satu keyakninan yang mantap dalam diri yang memotivasi diri untuk mengambil keputusan dari permasalahan yang tengah dihadapi.

Bisa jadi, jawaban dari istikharah juga bisa muncul lewat suatu mimpi. Perlu diketahui bahwa mimpi itu ada 3 macam. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim telah disebutkan bahwa jenis mimpi yang pertama adalah mimpi baik, yaitu suatu kabar yang menyenangkan dari Allah. Kedua, mimpi yang menakutkan atau menyedihkan yang datangnya dari setan. Dan ketiga, mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan atau khayalan manusia belaka.

Meski demikian, jawaban Allah adalah hak Allah. Oleh karena itu, yang perlu dicatat di sini adalah bahwa seseorang melaksanakan shalat istikharah, semata-mata menyerahkan urusan yang akan dipilih itu akan dibimbing Allah sehingga menyerahkan segala urusan pada Allah semata. Sebab, jika pilhan itu pilihan yang terbaik, maka Allah akan memudahkannya bagi orang itu dan akan memberkahinya. Tetapi jika hal tersebut adalah sebaliknya, maka Allah akan memalingkannya dan memudahkan orang itu kepada kebaikan dengan izin-Nya.

Yang jelas, shalat istiharah yang “dirikan” adalah ibadah yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al-Quran, bahwa Allah sendirilah yang memberi jaminan bahwa jika shalat yang didirikan oleh seorang hamba-Nya akan mendatangkan rasa tenang dan damai. Untuk itu, shalat istikharah harus dilakukan dengan niat ikhlas mengharapkan keridhaan Allah dan dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah.

Sebab, kalau shalat istikharah yang dilakukan itu sepenuhnya hanya untuk Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, niscaya Allah akan memberikan bimbingan dan petunjuk bagi seorang hamba yang berserah diri sepenuhnya. Tak salah, jika shalat istikharah menjadi media meminta petunjuk bagi seseorang saat ia dihadapkan pada kebimbangan. Dengan istikharah, seseorang akan mendapat “jalan keluar” yang diberikan Allah untuk beberapa hal di mana manusia sebagai hamba memang memerlukan pertolonganNya. Untuk itu, dirikanlah shalat istikharah, agar kita tidak memilih pada pilihan atau mengambil keputusan yang merugi atau mengecewakan. (nur mursidi)

Tidak ada komentar: