
Setiap kali bulan puasa tiba, nuansa religius selalu melingkupi suasana hari di sepanjang bulan Ramadhan. Hampir di semua tempat, kesan lain yang membedakan bulan puasa dengan bulan lain cukuplah kentara. Kesan itu bisa dipahami karena puasa memang bulan yang diistimewakan Allah sehingga orang mengisi hari dengan berbagai aktivitas keagamaan, seperti shalat tarawih, tadarus dan ibadah-ibadah sunnah lain.
Bulan puasa memang bulan penuh ampunan, rahmat dan pahala. Ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa di bulan puasa setan sedang dirantai dan pintu surga dibuka lebar-lebar. Bahkan ada tuntutan dari umat Islam, agar di bulan puasa tak ditaburi godaan maksiat, tempat-tempat hiburan seperti, bioskop, diskotik dan semacamnya dianjurkan untuk ditutup.
Tak ketinggalan dengan nuansa religius di atas, acara tv di bulan puasa diracik dengan wajah lain. Stasiun tv menyajikan acara-acara Islami dengan sajian paket spesial Ramadhan yang mengetengahkan pesan moral keagamaan. Dari sajian paket Ramadhan itu, ada acara siraman ruhani, ceramah keagamaan, talk show dan senetron islami yang porsinya lebih besar dibanding dengan bulan-bulan biasa.
Di sisi lain, penampilan dari penyiar, presenter, reporter dan artis pun tampil dengan mengenakan kerudung dan baju tertutup. Jelas, fenomena itu bagus dan patut diajungi jempol. Setidaknya, di bulan puasa itu tv telah menjadi tempat belajar agama bagi pemirsa. Sebab ada acara sinetron Islami yang dipenuhi pesan moral keagamaan dan siraman rohani.
Tetapi tak bisa diingkari, dari sajian acara tv paket spesial Ramadhan kerap terjebak pemaknaan sempit dengan menjadikan agama sebagai lipstik belaka. Sebab, secara substansial apa yang ditampilkan ternyata tanpa disertai perbuatan yang konsisten. Contoh eksploitasi itu bisa disimak dari tayangan sinetron Doaku Harapanku. Ada nuansa religius yang ditampilkan, tapi adegan dan prilaku dari tokoh-tokoh di sana ada juga yang tidak mencerminkan prilaku Islami.
Kendati demikian, itu tidaklah semua. Sebab masih tetap ada sinetron yang bagus dan bisa dipetik dari sajian spesial Ramadhan. Contoh dari Sinetron itu adalah Jalan Lain ke sana dan Pada-Mu Kubersimpuh. Selain itu, acara semisal Jazirah Nabi (Trans TV), Kembara Agung bisa dijadikan informasi wisata berbobot untuk menambah pengetahuan agama dan sejarah. Juga acara dialog edukatif, Usaha Mulia (Metro TV), Spirit Kehidupan (Lativi), talk show Aa Gym selain menyirami hati bisa memberikan pencerahan dalam menjalani hidup bagi pemirsa yang butuh bimbingan. Hanya saja, kadang acaranya tidak tepat waktu jam penayangan.
Sementara, di pagi hari saat orang sahur ada sajian acara canda dan lawakan dengan tampilnya para pelawak. Baik juga! Tapi canda-canda yang diumbar kerapkali berlebihan dan acara siraman rohani dengan tampilan ustadz ternyata hanya menjadi penghias saja, karena biasanya cuma berlangsung tidak kurang dari 5 menit.
Tv memang bukan satu-satunya tempat belajar bagi pemirsa untuk menimba ilmu agama, tapi tv memiliki efek besar bagi masyarakat. Karena itu, sangat kritis dalam memilih dan menonton acara tv –termasuk acara di bulan Ramadhan-- akan membuat kita tidak mati di depan kotak ajaib yang bernama televisi. Sebab, kita dituntut untuk berbuat baik di setiap saat, tak hanya di bulan puasa saja. (n. mursidi)
Bulan puasa memang bulan penuh ampunan, rahmat dan pahala. Ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa di bulan puasa setan sedang dirantai dan pintu surga dibuka lebar-lebar. Bahkan ada tuntutan dari umat Islam, agar di bulan puasa tak ditaburi godaan maksiat, tempat-tempat hiburan seperti, bioskop, diskotik dan semacamnya dianjurkan untuk ditutup.
Tak ketinggalan dengan nuansa religius di atas, acara tv di bulan puasa diracik dengan wajah lain. Stasiun tv menyajikan acara-acara Islami dengan sajian paket spesial Ramadhan yang mengetengahkan pesan moral keagamaan. Dari sajian paket Ramadhan itu, ada acara siraman ruhani, ceramah keagamaan, talk show dan senetron islami yang porsinya lebih besar dibanding dengan bulan-bulan biasa.
Di sisi lain, penampilan dari penyiar, presenter, reporter dan artis pun tampil dengan mengenakan kerudung dan baju tertutup. Jelas, fenomena itu bagus dan patut diajungi jempol. Setidaknya, di bulan puasa itu tv telah menjadi tempat belajar agama bagi pemirsa. Sebab ada acara sinetron Islami yang dipenuhi pesan moral keagamaan dan siraman rohani.
Tetapi tak bisa diingkari, dari sajian acara tv paket spesial Ramadhan kerap terjebak pemaknaan sempit dengan menjadikan agama sebagai lipstik belaka. Sebab, secara substansial apa yang ditampilkan ternyata tanpa disertai perbuatan yang konsisten. Contoh eksploitasi itu bisa disimak dari tayangan sinetron Doaku Harapanku. Ada nuansa religius yang ditampilkan, tapi adegan dan prilaku dari tokoh-tokoh di sana ada juga yang tidak mencerminkan prilaku Islami.
Kendati demikian, itu tidaklah semua. Sebab masih tetap ada sinetron yang bagus dan bisa dipetik dari sajian spesial Ramadhan. Contoh dari Sinetron itu adalah Jalan Lain ke sana dan Pada-Mu Kubersimpuh. Selain itu, acara semisal Jazirah Nabi (Trans TV), Kembara Agung bisa dijadikan informasi wisata berbobot untuk menambah pengetahuan agama dan sejarah. Juga acara dialog edukatif, Usaha Mulia (Metro TV), Spirit Kehidupan (Lativi), talk show Aa Gym selain menyirami hati bisa memberikan pencerahan dalam menjalani hidup bagi pemirsa yang butuh bimbingan. Hanya saja, kadang acaranya tidak tepat waktu jam penayangan.
Sementara, di pagi hari saat orang sahur ada sajian acara canda dan lawakan dengan tampilnya para pelawak. Baik juga! Tapi canda-canda yang diumbar kerapkali berlebihan dan acara siraman rohani dengan tampilan ustadz ternyata hanya menjadi penghias saja, karena biasanya cuma berlangsung tidak kurang dari 5 menit.
Tv memang bukan satu-satunya tempat belajar bagi pemirsa untuk menimba ilmu agama, tapi tv memiliki efek besar bagi masyarakat. Karena itu, sangat kritis dalam memilih dan menonton acara tv –termasuk acara di bulan Ramadhan-- akan membuat kita tidak mati di depan kotak ajaib yang bernama televisi. Sebab, kita dituntut untuk berbuat baik di setiap saat, tak hanya di bulan puasa saja. (n. mursidi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar